Teman, tahukah kamu tanggal 2-7 Maret 2009 ada pameran IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni) di ITB?
Acara ini sebenarnya merupakan bagian dari rangkaianacara Dies Natalis ke-50 ITB. Acara dies ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya karena merupakan dies emas. Selain pameran, rangkaian acara lainnya adalah Opera Ganesha (yang tiketnya gratis tapi udah habis..hiks) dan berbagai macam seminar nasional dan internasional. Untuk lebih jelasnya silakan klik www.itb.ac.id/dies50.
Hmmh….Minggu ini kampus ITB sangat ramai. Penuh orang, penuh barang. Selama rentang waktu dari tanggal 2-7 tersebut tercatat pula ada beberapa event (selain pameran itu sendiri) yang digelar di ITB, yaitu sidang terbuka (acara seremonialnya dies ini), seminar nasional “Pengembangan Kebijakan, Manajemen, dan Teknologi di Bidang Energi dan Lingkungan”, serta seminar tambahan dari Metro TV tentang jurnalistik.
Keynote Address dari Pak Rachmat Witoelar
-back to topic-
Seminar ini bagus. Menambah wawasan peserta tentang energi yang ada di Indonesia sekarang, sekaligus mengenai lingkungan yang sedang terancam saat ini. Sesi diskusinya cukup seru. Yang bertanya kebanyakan peserta-peserta senior. Dan salah satu yang menarik perhatian saya adalah, ada salah seorang bapak pegawai Pertamina yang mengatakan bahwa energi alternatif itu seharusnya minyak dan gas. Bukan angin, panas bumi, dsb. Nah loh? Kebalik banget kan dengan yang banyak diberitakan sekarang ini? Terbyata ini lebih berhubungan dengan paradigma berpikir kita. Jika kita menganggap sumber energi terbaharukan sebagai energi alternatif, berarti migas adalah sumber energi primer. Betul tidak? Nah, dengan menganggap migas sebagai energi primer tentu saja kita akan mengoptimalkan, bahkan memaksimalkan penggunaan migas dulu, Barulah jika sudah mepet-mepet akan habis banget kita beralih ke energi alternatif. Untuk mendasari paradigma tersebut kita harus berpikir, bahwa bumi yang ada saat ini bukanlah warisan para leluhur kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita.
Subhanallah ya…
bumi yang ada saat ini bukanlah warisan para leluhur kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita
Pameran
Pameran dalam rangka dies ini sangat ramai dan menarik. Pihak panitia menampilkan stand-stand industri/bisnis dan karya seni.Tema besar yang di angkat ialah energi, lingkungan, bioteknologi, teknologi informasi, dan industri kreatif. Setiap stand mempromosikan barang-barang penelitian, produksi, hingga barang-barang komersil. Secara umum, pameran di laksanakan di daerah selatan dan tengah kampus.
Berbagai macam instansi pemerintah maupun swasta turut terlibat di sini. Daerah yang menurut saya paling makmur adalah stand perminyakan. Stand yang mewakili ruang kerja BP Migas ini menghadirkan acara presentasi dari berbagai perusahaan minyak dunia yang berinvestasi di Indonesia. Jika kita aktif dalam diskusinya, sering bertanya, dan hoki, maka souvenir-souvenir mereka bisa kita dapatkan. Tercatat saya mendapat 1 binder, 1 kalender lucu, 1 mug, dan 1 notes serbaguna. Kalo ikut presentasinya, seusai acara biasanya dikasih es krim. Dengan atmosfer tenda yang nyaman dan berpenyejuk, stand BP Migas ini betul-betul TOP.
Daerah CC diisi oleh instansi pemerintah dan sponsor. Ada stand Dirjen Cipta Karya PU, Bappenas, Pemprov Jabar, Bank BNI, dll.
Daerah jalan depan CC kebanyakan diisi oleh industri dan perusahaan lain. Stand-stand yang mengisi daerah ini membuat kesan seolah-olah hari itu sedang diselenggarakan career day, maklum kebanyakan adalah perusahaan komersil yang juga memperlihatkan inovasi-inovasi mereka. Di sana ada stand PLN, PT.PP, PU, LAPI, Tripatra, dan lain sebagainya.
Di daerah Plaza Widya Nusantara, dipasang panggung hiburan. Di hari pertama pameran, tanggal 2 Maret setelah paginya tugas protokoler di Sabuga, ada penampilan Bandos (Band Dosen). Di band itu ada Pa Ofyar, dosen transport saya. Beliau salah satu dosen favorit kami di sipil. Ngajarnya enak dan selalu menstimulus kami untuk berpikir logis, kritis, dan juga bersikap sebagai pemimpin. Saya pernah jadi ketua kelasnya beliau pas tingkat 2. Sore itu beliau menjadi pemain keyboard bersama dosen-dosen dari jurusan lain. Wah, keren juga si bapak!
Dekorasi dan tata ruang yang ditampilkan di pameran ini pun sangat bagus. Hal ini terbukti dari banyaknya spot foto yang tersebar merata dari pintu gerbang hingga Plawid. Tidak ada satu hari pun tanpa pengunjung yang menjadi “jurig foto” (begitu anak-anak LSS menyebut org2 yang doyan foto). Salah satu spot menarik adalah esai fotografi yang berada di boulevard CC. Gambar-gambar yang ada sangat menarik dan dicetak dengan ukuran besar. Saya pun, tentu saja, tidak melewatkan hasil karya ini untuk diabadikan.
Demikian reportase saya dari medan “syukuran” ITB. Sayang nih ga dapet tiket Opera Ganesha. Hu…hu…
Semoga dengan adanya DIES ini, ITB jadi semakin lebih lebih lebih baik baik baik lagi dan semua mahasiswanya termotivasi untuk berprestasi lebih tinggi lagi. Amin.
Oia, jadi inget lagu pas SMA. Ntar saya tulis di postingan selanjutnya aah…
gak dapet tiket opera ganesha juga ni..pdhl udh ke sekre dies emas d cc timur,stand KM,ma ke annex..tetep ja gak dpt..KECEWA berattt..gk ada harapan ya??
ada harapan sebenernya…cuma caranya agak2 licik…ada seseorang yang punya hasil scan-an tiket itu..jadi??terserah anda
owh iya,slm knl..aq ahdika fmipa \’08,,whaaa..mw c,tp ko licik ya caranya,gmn dunk?jd dilema..kakak mw pke tu hsl scan??berani??tp aq bnr2 pgn bgt ni kak..
pgn c mas,tp kok rada curang ya??tar klo ketahuan bs bhya tu..mas sndr pke cra itu??