Almas Wicaksono.
Teman saya yang satu ini punya kebiasaan aneh. Aneh saat itu, saat 4 tahun yang lalu. Tapi sekarang saya tidak bisa bicara “aneh” lagi mengenai kebiasaannya.
Kami, saat itu menduduki “surga” di SMA kami. Setelah sebelumnya memasuki “neraka” dan “bumi”, di tahun pertama dan tahun kedua masa studi kami.
Di kelas 3 ini, tentunya kami sangat hectic belajar dan mengulang pelajaran dari kelas 1 sampai kelas 3. Jam belajar malam di sekolah pasti kami gunakan untuk belajar mempersiapkan Ujian Nasional.
Beda dengan Almas. Saat jam belajar malam, di saat kami belajar mata pelajaran untuk ujian, dia malah asyik mengutak atik harian Jakarta Post. Ya, biasanya kami belajar di Perpustakaan dan Ruang Baca-nya. Di sana koran-koran nasional bertengger. Termasuk Jakarta Post ini, yang berbahasa Inggris.
Almas rajin membaca koran berbahasa Inggris itu, kemudian dia selalu mencatat kosakata-kosakata yang ditemuinya di sana. Kebiasaan ini selalu dia lakukan. Saya pikir, mungkin dia mau mempersiapkan diri untuk jadi pelaut, yang mana pastinya harus pandai berbahasa Inggris.
Harus pandai berbahasa Inggris?
Seharusnya kata-kata itu juga berlaku untukku. Yup, meskipun di sekolah kami juga selalu didorong untuk bisa berbahasa asing(sampai-sampai diberlakukan English Day & Japanese Day), tapi rata-rata muridnya ogah-ogahan.
Efeknya terasa sekarang…
Semalam saya baru selesai membaca novel “Negeri 5 Menara” karya Ahmad Fuadi. Di sana di ceritakan para santri sebuah pondok pesantren bernama “Pondok Madani” (merujuk ke ponpes modern Gontor) yang sehari-harinya selalu berbahasa Inggris dan Arab. Alhasil, setelah lulus dari sekolah tersebut mereka jadi lihai berbahasa asing.
Dari cerita tersebut, entah mengapa saya tiba-tiba tersentil. Sudah memasuki tahun terakhir di masa perkuliahan tapi belum bisa lancar juga dalam berbahasa Inggris. Saya yakin bahasa tersebut tentunya tidak hanya dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin jadi pelaut saja (seperti Almas), tetapi oleh semua orang yang ingin mempelajari dan menjelajahi dunia. Saya agak menyesal, tapi semua belum terlambat. Dan saya pun langsung teringat pada kebiasaan Almas ini.
Memperkaya kosakata bahasa Inggris dengan membaca tulisan-tulisan Inggris agaknya ide yang cukup brilian. Saya pun coba menerapkannya. Salah satunya adalah dengan membaca majalah KOREA. Majalah ini adalah media promosi dan pengenalan Korea Selatan kepada dunia. Saya mendapatkannya gratis. Cukup mendaftar di Korea.net dan tiap bulan sebuah amplop coklat besar yang dikirim langsung dari Korea akan muncul di halaman rumah kita.
Kebiasaan Almas dulu, menjadi inspirasi saya sekarang.
Di tahun terakhir ini saya akan berusaha untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang ada.
Tingkatkan potensi diri. Belajar sebanyak-banyaknya. Buku-buku di perpustakaan menunggu untuk kita lahap.
Mau bergabung?
kalo sekarang masih bisa daftar utk dapet setiap bulan gk mas?
@Bahrul UlumCoba aja. Kayanya masih bisa deh, soalny saya sampai sekarang juga tetep dikirimin