Looking from a Different Perspective: Sakinah Bersamamu

Ehm…

Sebenernya ga salah kan beli buku cerita? Apalagi diambil dari rak buku “Agama Islam” di Gramedia. Tapi pas mau bayar ke kasir, agak risih juga bawanya, walaupun niat saya udah bulat buat beli buku ini. Walhasil pas ketemu Teh Putew & Kang Dikdik, jadi muter deh ke kasir lain 😛
Yeah, pertengahan Mei yang lalu, saya beli sebuah buku sebagai hasil dari perenungan saya untuk mencoba genre buku lain yang ga pernah saya beli/baca sebelumnya. Saya berniat beli buku yang ditujukan untuk konsumen perempuan. Ingin mencoba melihat sesuatu dari perspektif wanita (spesifically: about wedding, pre wedding, etc. :D). Tadinya mau beli “Catatan Hati Seorang Istri“, tapi ternyata ada buku lain dari Asma Nadia juga yang bertengger di rak best seller. Akhirnya, setelah pilih sana-pilih sini, ngintip-ngintip isinya, saya pun membelinya: Sakinah Bersamamu.
Cover buku “Sakinah Bersamamu”
Isinya tentang kisah-kisah dan pembahasan seputar ujian dalam rumah tangga (bukan markas pemadam kebakaran yang ada tangganya ya… :p). Tadinya kirain saya semua cerita di buku ini dilihat dari perspektif wanita aja, tapi ternyata ada beberapa yang dilihat dari perspektif cowo. Hoho…pantes we di atas judulnya ada tulisan: “Sebuah Kado Pernikahan“. Hmm…mungkin aja ya ini buku cocok sebagai hadiah untuk suami dari seorang istri, biar lebih memahami lagi seluk beluk perasaan istri dalam berumahtangga (huhuy…sama banget dengan niat saya beli buku ini).
Saya baru selesai bacanya malam ini, di Plaju. Subhanallah…banyak banget sudut pandang-sudut pandang yang belum pernah saya lihat, atau bahkan belum pernah kepikiran untuk melihatnya. Cerita-ceritanya sarat makna dan pelajaran. Cocoklah Mba Asma menambahkan tagline “Belajar Lebih Bijak Berumah Tangga Melalui Cerita” di bawah judul buku ini.
Saya pun jadi ingin berbagi di blog ini. Walaupun cuma nge-review dikit.
Lessons
Ada 17 cerita pendek di buku ini. Cerpen ini menceritakan berbagai macam kisah-kasih hidup berumah tangga (ber-RT) + pembahasannya oleh Mba Asma Nadia. Ada kisah yang menyenangkan, tapi ada juga kisah yang menyedihkan (konflik-konflik yang sering terjadi dalam RT). Kisah-kisah tersebut bercerita tentang:
  • Perbedaan yang sering terjadi antara suami-istri.
  • Kondisi kehidupan RT yang biasanya bikin minder salah satu pasangan, sangat terkait dengan idiom: rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau.
  • Bayangan kekasih dari masa lalu (siap-siap nih, yang masa kecilnya sering nonton Ksatria Baja Hitam, jangan-jangan Kotaro Minami akan datang menghantui RT Anda! :p). Yah, cerita ini intinya berkisar tentang CLBK (Cinta Lama Banyak Kaliii :p ). Yah, gitu deh.
  • Tentang mendidik anak-anak kita nantinya. Anak adalah titipan, amanah dari Allah. Harus di jaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya.
  • Tentang kejujuran.
  • Tentang cemburu-cemburuan…ihiwww…kiw..kiw.. (naon sih..)
  • Tentang kebiasaan nga-gosip atau ber-ghibah yang biasanya melanda kaum ibu-ibu RT.
  • Tentang posisi istri: apakah sebaiknya bekerja atau di rumah aja?? Nah ini cerita menarik juga nih… 🙂
  • Makna kecantikan (fisik) di mata wanita dan pria… (duhh..)
  • Tentang perselingkuhan. Waduhh…pas baca ceritanya, kayanya banyak banget kasus-kasus seperti ini. Minimal menjuruslah. Nah, di sini Mba Asma ngebahas gimana cara kita menyikapinya dan menghindarinya.
  • Tentang bakti seorang laki-laki ke ibundanya…
  • dan yang terakhir..tentang makna cinta yang abadi (ada di cerpen penutup buku ini).
Semua kisah yang menarik ini dikemas dengan bahasa yang ringan, yang sampai seorang pria seperti aku ini (wahaha…getek euy nulisna) bisa ‘mencoba’ memahaminya. Mencoba melihat permasalahan RT ini dari sudut pandang perempuan dan seorang suami (kelak).
Dari sekian cerpen, yang bikin saya sedih ini adalah cerpen “Sejuta Kasih”, yaitu tentang orang tua yang pilih kasih terhadap anak-anaknya. Juga cerpen “Kalung”, tentang bakti seorang anak laki-laki ke ibunya. Terus, cerita pamungkas “Sakinah Bersamamu” juga sangat berkesan. Merangkum hampir semua intisari cerita-cerita di buku ini.
Selain dapet pengalaman melihat pernikahan dari perspektif lain, saya juga dapet tambahan gambaran: ternyata berumah tangga itu sebuah rahmat sekaligus tantangan. Banyak rezeki yang datang dari sebuah pernikahan, tapi juga gelombang badainya pun gede-gede. Harus menyiapkan diri se-oke mungkin 🙂
Ganbatte !!!
*) oleh karena itu saya resmi bikin label baru untuk postingan-postingan saya berikutnya: pre-wedding
Semoga bisa diambil hikmah & manfaatnya dari tulisan saya ini. Amiiin.
Oia, saya harus push up 60x lagi. Pake Bhs. Indonesia euy…
Cinta mestinya bagai sepasang sayap yang membawa kita terbang tinggi.
Cinta mestinya bagai udara yang membuat kita selalu memiliki harapan.
Tapi cinta juga mestinya bagai lukisan yang tak kunjung selesai, dengan begitu kita tak pernah meninggalkannya.
(Asma Nadia on Sakinah Bersamamu)

8 Comments on "Looking from a Different Perspective: Sakinah Bersamamu"


  1. hoho, your new posting looks different. Actually, lots book about pre(pare)-of wedding that I read, but I never post it at my blog. Hei gan, I remembered that we ever follow Pre-wedding School 3 years ago. So, What the next? hehe…Sundul ah

    Reply

  2. @Ijalyeah, It seems different, but I think it's usual since I only add new 'label' on my post.Wah, you should share it Jal. It was you who said 'tie the knowledge by write it'.Hehe. Didn't you?Yeah, we both attend it. And I was realized that wedding is a sacred moment and should be prepared well.The next thing I'll do? I am still preparing my 'ship' for a long-hard journey, and searching for a right person to have a sail with 😉

    Reply

  3. genre baru ? wah saya malah pembaca setia karya asma nadia sejak sd lho. klo mau pinjem, sok aja. dibayar pake push up. hihi.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *