Merantau

Delapan tahun lalu saya menjadi anak rantauan untuk pertama kalinya. Tanggal 14 Juli 2003 tepat di hari ulang tahun SMA Taruna Nusantara ke-13 saya jadi anak SMA.

Saat latihan PBB untuk upacara pelantikan siswa baru, Juli 2003.
Tiga tahun kemudian saya lulus. Melewati Prasetya Alumni. Alhamdulillah di hari terakhir itu saya dapat menorehkan prestasi lagi.
Mengutip kata-kata Imam Syafii di buku “Negeri 5 Menara”-nya Ahmad Fuadi, merantau memang dunia yang sangat menantang sekaligus memberi saya banyak manfaat. Belajar lebih fokus, bekerja lebih giat, dan semuanya itu didasari oleh cita-cita. Apalagi kalau suasana di rantauan sangat mendukung. Potensi yang tadinya dikit, bisa dilejitkan setinggi langit.
Saya menyadari, merantau yang pertama itu benar-benar mengubah diri saya menjadi lebih baik. Baik secara akademis, kepribadian, maupun jasmani. Therefore, ‘merantau’ is good for me (us).

Sampai saat ini saya sedang mengejar kesempatan ‘merantau’ yang kedua. Setelah sebelumnya saya kembali ke kampung halaman dan kuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
*Anyway, bicara tentang ‘terbaik’, ada sebagian orang yang phobia terhadap kata-kata ini. Saya pernah baca status seorang mahasiswa ITB yang kesel terhadap spanduk “Selamat Datang Putra-Putri Terbaik Bangsa”, karena ‘katanya’ bikin mahasiswa ITB jadi sombong dan merasa di atas awan. Saya rasa itu sih kembali ke kualitas masing-masing pribadi. Toh spanduk itu kan pujian & doa…Ya, tanggapin aja dengan ‘amiiin’ atau ‘alhamdulillah’ untuk ngembaliin pujian itu ke Sang Pencipta kita.
Back to topic
Motivasi lain saya untuk ngerantau…saya ingin berkarya yang lebih baik. Karena sudah terbukti klo merantau bikin saya jadi baik, kemungkinan besar berkarya di rantauan, akan jadi karya yang baik-baik, bahkan karya yang terbaik.
Ada sumpah waktu SMA: “…dimanapun berada, memberikan karya terbaik bagi masyarakat, bangsa, negara, dan dunia.”
Ini juga jadi motivasi saya selama ini. Meskipun, saya akui, terkadang saya belum bisa ngasih yang terbaik. Untuk menjaga motivasi itu, saya selalu menyebut proses kerja yang saya lakukan sebagai ‘berkarya’. Contohnya, waktu saya baru lulus, wajar kan suka ditanya: “Sekarang kerja dimana?”. Saya pasti jawab: “Sekarang lagi berkarya di XXX.”
Soalnya menurut saya, bekerja dan berkarya itu beda. Berkarya itu ada orientasi hasilnya, artinya, saya punya tujuan terhadap apa yang saya kerjakan sekarang: menghasilkan karya. Sedangkan bekerja hanya proses. Tanpa tahu tujuannya. Filosofis banget dan mungkin rada ga penting buat orang yang ga merhatiin detail.
Tulisan ini saya buat dalam rangka bernostalgia terhadap ulang tahun tempat merantau saya yang pertama.
Semoga saya bisa merantau lagi… 🙂
Happy 21st Anniversary for SMA Taruna Nusantara! and Fortuna (Fourteen Taruna Nusantara) !

Saat PA (Prasetya Alumni), dengan seorang tentara pendidik terbaik yang pernah saya kenal: Mayjen Untung Susoro. Kepala SMA TN saat itu. (waktu itu beliau masih Brigjen)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *