…bersambung dari Scholarship Hunter 1…
Awal April 2011, sudah ada dua pendaftaran beasiswa lagi yang buka dan sedang berjalan: Fullbright dan Monbukagakusho (MEXT) 2011 untuk keberangkatan 2012. Sejak gagal di tahun sebelumnya, saya berniat untuk menyusun Research Proposal dari jauh-jauh hari, berhubung di memori saya juga sudah terbayang tentang apa yang akan saya teliti jika ada aplikasi beasiswa lagi. Alhamdulillah ‘bayangan’ saya tentang riset itu datang setelah mengerjakan TA selama 8 bulan. Untuk beasiswa Fullbright, meskipun dulu saya mengincarnya juga, entah mengapa saya putus asa saat mendengar deadline-nya tinggal seminggu lagi (saya diberitahu senior – K’Usama – saat wisuda April). Padahal menurut saya, kalau sudah berazzam, harus berikhtiar semaksimal mungkin. Banyak faktor X yang insya Allah akan membantu kita. Contohnya :
- Dulu waktu saya tes seleksi salah satu unit, udah deadline pagi-pagi, tapi saya ngga menyerah saya penuhin terus syarat-syaratnya, akhirnya sempat juga men-submit si formulir dan syarat-syarat lainnya.
- Sering saya mengerjakan tugas atau bahkan proyek, udah terbayang deadline di depan mata. Tapi saya usahakan bekerja jujur dan profesional dengan sepenuh hati :p Akhirnya, kadang-kadang ada kejadian yang tak terduga: deadline diundur.
Tupai tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali
The Missed Call: Part One
Berhubung di area kerja saya di Palembang dilarang ada HP, maka tiap ke lapangan HP saya tinggal di wisma. Saya masuk lapangan pukul 7, istirahat pukul 12-13, dan pulang pukul 4 sore. Suatu hari, saya menemukan miscall yang banyak dari nomor telepon Jakarta: 021-3192xxxx. Sayang tidak ada pulsa untuk menelepon. Kemudian saat saya selesai pukul 4, miscall pun muncul kembali. Namun kali ini ada penjelasannya lewat email. Ternyata no. tersebut adalah no. telepon Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang di Jakarta. Saya lolos seleksi dokumen dan harus pulang ke Pulau Jawa beberapa hari ke depan. Ternyata kali ini peran Sangkuriang yang saya jalani berhasil. Dayang Sumbi mau menikahi saya :p
(makasih buat semua orang yang berperan langsung menggolkan aplikasi saya…arigatou!)
The Test
13 Juni 2011, saya pun berangkat ke UI Depok. Di sana saya mengikuti ujian tertulis Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang. Yang wajib dikerjakan ialah soal yang Bahasa Jepang, sedangkan soal Bahasa Inggris hanya pilihan. Tapi nanti dipilih adalah nilai yang terbesar. Buat orang yang ilmu Japanese-nya udah menguap bertahun-tahun yang lalu (seperti saya), ini berarti hasil tes Bahasa Inggris adalah penentu lolos tidaknya seleksi tulis ini. Untuk soal-soal Bahasa Jepang, saya isi ngarang aja :p Malah yang soal tentang kanji, yang harusnya perintahnya: “convert ke hiragana”, malah saya terjemahkan sebagai: “salin kanjinya.” Hehehe. Biar ga kosong-kosong amat lembar jawabannya. Intinya, bagi saya saat mengerjakan soal-soal Bahasa Jepang ini, ada dua pilihan:
- Jadilah orang yang jujur, kalau ngga bisa, ya udah jangan dikerjain, kosongin, apa adanya aja.
- Jangan keliatan mudah menyerah. Kerjakan sebisa mungkin! (maksudnya: kerjakan sekuat kamu mampu berimajinasi dalam menjawab soal-soal yang ada)
Setelah bersuka-ria di ruang tes, saya pun menikmati sisa hari di UI Depok sambil nunggu travel. Beruntung, temen saya Ardi, yang ketemu waktu KP dulu, mau ngajak saya keliling-keliling, termasuk menggunakan sepeda UI, setelah dia membajak KTM adik kelasnya. Haha.
Di UI |
Masih di UI |
Ini nih UI |
Ini juga di UI |
Belum pulang dari UI :p |
Setelah tes tertulis, 3 hari kemudian, yaitu tanggal 16 Juni 2011, giliran saya tes wawancara di Kedubes. Pagi-pagi dari Bandung, saya semobil dengan orang yang mau wawancara juga. Ada yang wawancara Rabobank, Saipem, dan MEXT. Dan semuanya panik gara-gara telat. Untungnya saat menuju Sarinah, penumpang tinggal saya seorang. Akhirnya saya request diturunin di depan Kedubes: M.H. Thamrin No.24.
Sepanjang perjalanan, saya dengerin lagu ini. Jadilah lagu “Kokoro no Tomo” tersebut themesong saya selama seleksi MEXT. Awalnya sih gara-gara takut ditanya: “Nyanyikan lagu Jepang yang kamu ketahui!” Hehe. Sebenernya saya juga hapal lagunya intro-nya Baja Hitam, tapi gara-gara waktu di Palembang nonton liputan jalan-jalannya Raffi Ahmad-Yuni Shara ke Jepang dan backsound-nya lagu itu, saya jadi nyari-nyari deh file mp3-nya :D. Kebetulan karena bapak saya juga suka lagu tersebut, jadi keinget buat dengerin lagi lagunya.
Untuk persiapan wawancara, sebelumnya saya dikasih tahu K’Usama ada ebook keren buatan Mas Andhika Sahadewa (SI’02 – sekarang kuliah di Michigan). Ini link ebooknya. Isinya sangat membantu dan inspiratif buat scholarship hunters. Salah satu tips beliau pas bikin essay (berlaku juga untuk wawancara) beasiswa adalah:
Ungkapkan keinginan kamu untuk terus melanjutkan studi dan jadi profesor!
Akhirnya dalam beberapa kali pertanyaan yang berhubungan dengan: apa cita-cita kamu dan mau ngapain setelah lulus, saya pun berkali-kali menekankan: I want to continue my study and become a professor in my field!
(Oia, FYI, untuk referensi tahapan-tahapan seleksi MEXT, saya selalu di-refer ke web ini oleh teman saya Bintang)
The Missed Call: Part Two
Sekitar bulan Juli, HP saya kebanjiran miskol lagi. Setelah dilihat, no.nya: 021-3192xxxx. Saya punya firasat kalau miskol ini dari Kedubes. Dan setelah staf Kedubes tersebut nelepon lagi, ternyata bener. Alhamdulillah saya lolos.
Dengan bekal rekomendasi dari Kedubes, saya pun mencari universitas/ profesor.
Sejak awal, kriteria saya dalam memilih universitas di Jepang ini adalah: letaknya di tengah pulau, biar ga kena tsunami. Setelah mencari-cari universitas dengan lab yang sesuai dengan tema riset saya, akhirnya saya pun mengirim surat ke profesor di Kyoto. Sayangnya beliau tidak menjamin saya untuk dapat melanjutkan studi ke S2 setelah research student. Selain Kyoto, saya mengirim surat ke profesor di TIT. Sayangnya, saya bikin pundung profesor tersebut dengan menodongnya meminta langsung Letter of Acceptance tanpa basa-basi terlebih dahulu di email kedua. Beliau pun tidak pernah membalas email saya lagi. Termasuk email permintaan maaf saya T_T. Karena di form yang diberikan Kedubes tersedia 3 slot untuk pilihan universitas, saya hanya menghubungi 3 universitas (pada kenyataannya kita bisa melamar ke lebih dari tiga universitas, cuma pada akhirnya yang ditulis hanya 3 nantinya). Universitas ketiga yang saya lamar adalah Universitas Tokyo. Saat itu saya melamar langsung ke bagian International Office-nya, karena sistem disana tidak memperbolehkan kita berhubungan langsung ke profesor.
Alhamdulillah, tak disangka responnya cepat. Setelah beberapa kali berbalas email dan mengirim dokumen-dokumen yang diperlukan, di bulan Agustus saya mendapatkan Letter of Acceptance dari universitas ini. Alhamdulillah. Tahap berikutnya, menunggu secondary screening di MEXT, alias tahap akhir.
Setelah mendapat kabar ini, salah seorang adik kelas saya, Desi (SI’07), nyuruh saya nonton Dragon Zakura. Akhirnya, lagu ini jadi themesong saya saat itu 😀
The Missed Call: Part Three
Awal Desember 2011. Miskol terakhir ini juga membabi buta. Karena saya kebetulan sedang dinas di tempat yang sama di Palembang dimana saat jam kerja tidak diperkenankan membawa HP. Alhamdulillah kabar gembira yang saya terima. Cita-cita saya untuk merantau lagi, akan segera terlaksana.Yang menelepon saya adalah Pak Ircham dan saya dinyatakan lolos seleksi MEXT dan akan melanjutkan studi S2 di The University of Tokyo April nanti.
Themesong saya saat itu adalah lagu ini. Diambil dari dorama Shinzanmono. Nyeritain seorang newcomer di salah satu distrik di Tokyo. Gara-gara Ninis nih saya jadi nontonin film-filmnya Abe Hiroshi…
Anyway, themesong nya ini juga rada sedih, nyeritain tentang nostalgia dan pergi ke tempat baru. Ini arti dari lirik dalam Bahasa Jepangnya.
Di awal 2011, bulan Februari, saya meminta peta Jepang dan Tokyo ke teman saya Arisita, yang saat itu kerja di proyek JICA di kampus. Saya yakin saya akan butuh peta tersebut suatu saat nanti (saat saya berhasil merealisasikan Dream Map saya ke Tokyo di 2013). Saya tempellah peta itu di kamar. Menemani peta pemandangan di Eropa yang sudah saya tempel sebelumnya. Ternyata beberapa minggu setelahnya, si peta Eropa copot. Mungkin karena zat perekat di selotipnya sudah kurang kuat. Akhirnya, setiap memandangi dinding kamar, fokus saya selalu ke peta “Jepang” dan peta “Central Tokyo” dan melihat daerah di sebelah kebun binatang/ taman Ueno: Tokyo University. tak disangka beberapa bulan sesudahnya saya diterima disana.
Peta di dinding kamar saya |
Di Dream Map saya, Estimated Time Arrival (ETA) ke Tokyo adalah di tahun 2013. Ternyata Actual Time Arrival (ATA) nya akan maju jadi 2012 (‘akan’ = saat tulisan ini dibuat, saya belum sampai disana soalnya). Apakah Tokyo yang maju ke 2012 worth dengan Singapore 2010 dan Delft 2011 yang tertunda? Wallahualam. Yang pasti apapun yang terjadi pada saya, saya yakin tempat dimana saya (akan) berada adalah tempat terbaik bagi saya.
Berhasil meraih salah satu target: merantau lagi, membuat saya, seketika, merasa mencapai garis finish. Tapi saya sadar, mulai 1 April nanti, perjuangan lainnya akan dimulai. Semoga saya bisa istiqomah: Dream, Fight, Ikhlas. Amiiin.
“Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar”. – N5M
Mari lanjutkan packing… 😀
PS: Tambahan foto dari acara pelepasan di Kedubes hari ini (foto dengan Dubes Jepang & Atase Pendidikan:
MEXT Grantees 2012: undergraduate, diploma |
MEXT Grantees 2012: graduate/postgraduate |
Kang Ghani subhanallah sekali ceritanyaa, sungguh motivasional! mugia lancar di Tokyo sana ya kang, doain aku lancar kuliahnya dan bisa ngejar scholarship juga (kebeneran baca cerita Akang dan emang pengen ke Delft tapi belum nemu major sesuai nih..) :)PS: si buku benedict dibawa Abi karena dia jg jadi pengen baca hehehe
ghaniii..congrats ya!selamat usaha dan ketekunannya membawa hasil mencapai mimpi.thanks tulisannya bikin semangat.smoga sukses s2nya.selamat mengeksplor jepang!
@tiasani sundariAmiiin. Makasih Tisun doanya. Semoga lancar juga kuliahnya & tercapai cita2nya…*semoga cepat menentukan target, biar cepat diburu targetnya*have a nice hunting! 😉
@christinemakasih tin! :Damiiin 🙂
Abang, jangan betah di sana ya. Cepat kembali ke Indonesia, jadi orang hebat di negeri sendiri :')
@Hana RatnaningrumHuaa… amiiiin 🙂
widih bang ghani, keren banget bang!!! bener2 motivasional ceritannya, salut sama abang!jadi pengen ke jepang jg nih hahahahaaoiya bang, sukses bang di tokyo!
@Hasbi Adenanalhamdulillahamiiin.Makasih Bi! Ditunggu! 😉
Punten, lagi blog walking nemu ini. Haha.Terimakasih sekali,, ceritanya sangat inspiratif. Kebetulan juga lagi ngelamar2 beasiswa, deg-degannya parah parahan. Yakin ga kterimanya sih. Haha. Tapi setelah baca ini jadi termotivasi, ternyata harus berdarah-darah dulu tapi tetap sabar ya :)btw, baca yang frase kalimat \”tupai meloncat\” yg MEXT. Mirip ceritanya teman, si lopek (Andika Ikhsan). Mungkin kenal deh,, soalnya dia master di Todai juga. Hehe.Thx and keep inspiring!
@Zeneth ThobaronyHoho..makasih2 udah berkunjung :)Oh,temennya toh…iya2, saya kenal sejak ketemu di Siaware.Rencananya mau daftar ke mana emang?
@GhaniLagi nyoba kesana juga kak. Todai. Tapi hopeless gini. Apalagi beasiswanya,, lalalalala~hahaha
@Zeneth Thobaronywoh,gambatte!banyak jalan ke tokyo. Coba di list aja beberapa beasiswa yang mau di kejar, terus penuhin requirementnya. Jurusan apa?
@Ghani makasih kakak!^^skarang lagi proses yg AUN-SEED. Iya ni, lagi di list2. tengs sarannya. hehe.klo disini sih jurusannya TL kak. lagi pengen coba yang dibGraduate School of Frontier Science 🙂
Sasuga si Ghani ternyata mahasiswa pekerja keras dari dulu ya, ckckck.. Smoga kuliahnya lancar jaya deh ya. Smoga dapet gakkai ke luar jepun juga biar bisa sekalian jalan-jalan gratisan, hehe..
@adek08hehe.amiiin. makasih mba 🙂
bang makasih banyak.., sangat memotivasi..sukses ya bang 🙂
Keren banget a sangat inspiratif. Saya sangat terharu baca tulisan ini dan jadi amat sangat lebih bersemangat lagi buat mempersiapkannya. Nuhun a ghani
Bismillah (ETA) 2 tahun kedepan
Aamiin.. Semoga dilancarkan & dikasih kekuatan untuk terus istiqomah mengejar cita2
artikel2nya bener2 memberikan info yg bermanfaat buat nambah pengetahuan saya.. terus menulis ya mas. thanks atas tulisannya. 😀