Saya kagum sama developer game, orang-orang yang mengerti dan membuat algoritma permainan jadi menarik dan menantang. Kalau bisa menebak, sebelum mereka develop game, pasti risetnya lumayan dalem. Contohnya dulu saya pernah addicted sama game Hearts of Iron yang kental banget nuansa sejarahnya. Pastinya tim developer ini akan meriset banyak literatur-literatur sejarah Perang Dunia 2 dan sejarah negara-negara yang terlibat di dalamnya. Atau contoh lain, game Railway Empire (yang kadang saya mainin sekarang), pasti developer game tersebut seketika menjadi densha otaku (antusias kereta api – istilah di Jepang) untuk melihat sejarah perkerataapian, tipe-tipe lokomotif, hal-hal tentang komoditi/perekonomian, dan semacamnya. Usaha-usaha riset tersebut perlu dilakukan untuk memberi warna dan realisme di game yang akan dibuat sehingga pemain dapat dengan puas menikmati game yang dimainkan dengan bisa merasakan seolah-seolah berada di game tersebut.
Selain riset-riset untuk memunculkan realisme seperti itu, saya rasa developer game juga mencoba mempelajari sisi psikologis manusia. Dengan mengetahui sifat-sifat manusia, game mencoba mengeksploitasi manusia untuk membuat kita tetap menikmati game tersebut. Yang dieksploitasi itu adalah kemampuan manusia untuk bisa menikmati tantangan. Ini tidak lepas dari hormon adrenalin yang ada di dalam tubuh kita. Hormon adrenalin ini meningkatkan detak jantung dan meningkatkan kewaspadaan, dimana kerja otot dan indera kita akan semakin sensitif. Inilah feature bawaan manusia yang dulu mungkin berguna bagi nenek moyang kita saat menghadapi binatang buas atau gangguan-gangguan lainnya. Setelah tantangan tersebut terlewati, akan ada sensasi kepuasan dan kesenangan yang menyelimuti kita, ini juga dipengaruhi hormon lain bernama dopamin. Karakteristik itulah yang membuat kita betah berlama-lama main game. Dan developer game akan meningkatkan level kesulitan secara bertahap sehingga kita semakin tertantang. Contohlah game klasik Mario Bros, kita akan melewati banyak level dimana kesulitan game akan semakin meningkat (lebih banyak jamur, kura-kura, atau lebih ribetnya puzzle yang muncul) seiring berhasilnya kita melewati tiap tingkat kesulitan.
Betahnya gamer menjalani tantangan-tantangan di game ini, menurut saya adalah manifestasi sifat atau kondisi manusia di dunia ini. Allah SWT berkuasa untuk menyelipkan banyak ilmu dan hikmah di berbagai macam kejadian di dunia ini lewat siapapun dan lewat apapun. Bagi saya, saya melihat fenomena game buatan manusia ini sebetulnya perwujudan kondisi yang dialami manusia juga di dunia ini. Manusia itu akan selalu mengalami tantangan dan ujian dalam hidupnya, persis bagaikan permainan (game) yang sering kita mainkan di PC, PS, Nintendo, dll.
Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.
Q.S. Al-Mulk 1-2
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Q.S. Al-Baqarah 155-156
Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?
Q.S. Al-An’am 32
Itulah ayat-ayat yang menunjukkan tentang hidup manusia yang akan selalu diuji. Kunci menghadapi ujian-ujian tersebut adalah dengan kesabaran. Lalu, mengenai setengah agama…
Saat mendengar frase “Setengah Agama,” pasti pikiran kita mengasosiasikannya dengan pernikahan karena ada hadis Rasulullah SAW tentang ini. Ada pendalaman makna tentang pernikahan ini yang diutarakan ulama sufi, Jalaludin Rumi dalam buku karyanya “Fihi Ma Fihi.” Rumi menjelaskan bahwa pernikahan adalah sarana mendidik diri dan menyucikan diri kita lewat pasangan (istri atau suami). Jangan berharap kita bisa mengubah perangai pasangan menjadi lebih baik, tapi justru kita perlu menahan kesewenang-wenangannya, mendengarkan absurditasnya, dan menjalani susah senang hidup bersamanya agar bisa mengasah perangai diri menjadi lebih jernih. Akhlak dan perangai diri kita akan menjadi lebih baik dengan sikap tahammul (sabar berusaha menanggung beban) ini. Jika sudah terbiasa ber-tahammul ini, kita akan bisa melihat manfaatnya. “Jika kau bisa ber-tahammul dengan tulus, kau akan sanggup menahan seratus tamparan, dan kau akan menikmati hasil serta efeknya,” ungkap Rumi dalam tulisannya. Teladan hidup Rasulullah SAW yang patut dicontoh umatnya adalah mengharuskan diri menanggung derita: derita melepaskan diri dari kecemburuan dan arogansi, beban memberi nafkah dan pakaian kepada istri, serta ribuan derita lainnya yang tidak akan habis diceritakan (Fihi Ma Fihi: Pasal 20).
Memang kisah hidup Rasulullah SAW dipenuhi perjuangan yang di dalamnya banyak contoh kesabaran yang ditunjukkan beliau. Kisah hidupnya sudah diatur Allah SWT seperti miniatur kehidupan kita, oleh karena itulah beliau patut dijadikan teladan. Kalau hidup kita adalah game, kisah hidup Rasulullah adalah walkthrough game kita yang sudah dibahas di majalah hobby & game semacam Vega atau Game Station, atau walkthrough-walkthrough yang banyak dipublish di YouTube.
Rasulullah SAW pernah mengalami kesedihan yang mendalam saat kehilangan paman yang selalu melindunginya dan kehilangan istrinya dalam tahun yang sama. Rasulullah juga pernah mendapatkan perlakuan yang sangat menyakitkan hati saat berdakwah ke Thaif. Ia dilempari batu-batu oleh penduduk Thaif yang menyebabkan kaki dan sandalnya bersimbah darah. Saat itu ia berlari mencari perlindungan dalam keadaan dihina penduduk Thaif. Malaikat sempat menawarkan untuk menimpa penduduk Thaif dengan dua buah gunung. Namun dengan budi pekertinya yang agung, Rasulullah menolaknya. Rasulullah malah merasa malu dan takut akan murka Allah karena tidak bisa menyelesaikan tugasnya mengajak penduduk Thaif untuk beriman. Bahkan setelah itu beliau tidak putus asa dan mencari lahan perjuangan yang baru dengan harapan mendapatkan ridha Allah SWT. Begitulah, perjuangan Rasulullah penuh penderitaan. Yang semakin lama semakin meningkat. Diusir oleh kaumnya dari kota kelahirannya, Mekkah. Diperangi. Lalu ada juga kejadian dikhianati orang-orang musyrik dan Yahudi Madinah. Dibohongi kabilah-kabilah di tragedi Bi’r (sumur) Ma’unah, dimana 70 orang sahabat dibantai, hingga menyebabkan Rasulullah berduka dan berdoa qunut selama 30 hari. Kemudian, pernah juga beliau merasakan fitnah terhadap istrinya Aisyah, yang sempat menggoyahkan beliau. Ada pula episode mengakurkan perbedaan pendapat sahabat-sahabt dalam suatu musyawarah. Semuanya butuh kesabaran. Mungkin kejadian yang sama juga menimpa atau akan menimpa di episode hidup kita ini, walaupun kemasannya berbeda.
Itulah kenyataan hidup yang terungkap, bahwa kita akan dihadapkan pada episode-episode ujian demi ujian. Hingga akhirnya (mudah-mudahan) kita bisa dapat agama dengan sempurna. Seperti akhirnya Allah SWT menyempurnakan Agama Islam untuk Rasulullah SWT saat Haji Wada. Berakhirlah tugas Nabi Muhammad saat itu, dan tidak lama beliau dipanggil kembali oleh-Nya. Ujian untuk Rasul itu lebih berat, karena Allah SWT akan menguji orang berdasarkan tingkat keimanannya. Jadi, brace (my) (your) self, kita akan terus diuji dan ujian ini akan meningkat sesuai level yang sudah bisa kita lalui.
…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu…
Q.S. Al-Ma’idah 3
Ada artikel yang bagus dari penulis Chiyoko. Kenapa Tuhan memberikan cobaan beruntun jika cobaan yang satu saja belum selesai. Silahkan melihat tulisannya disini: https://id.quora.com/Mengapa-Tuhan-memberi-masalah-lain-kalau-masalah-yang-satunya-belum-selesai/answer/Chiyoko