Alhamdulillah saya berkesempatan untuk salat tarawih di malam ke-5 Ramadan di Masjid Al-Azhar. Saat itu penceramah tarawihnya adalah Prof. Din Syamsuddin. Tema yang beliau bawakan masih tentang takwa. Hal ini menjadi tambahan pengingat buat saya akan cita-cita Ramadan tahun ini: lulus dengan ijazah sebagai orang yang bertakwa, sebagaimana yang pernah diingatkan oleh Ust. Hanan Attaki di malam pertama Ramadan tahun 1444 H ini.
Pak Din membawa judul spesifik tentang Ramadan sebagai Momentum untuk Muhasabah. Beliau memention perkataan Umar bin Khattab, “Perhitungkanlah (hisablah) dirimu sebelum kamu dihisab” dan “timbanglah perbuatanmu sebelum amalmu ditimbang.”
Muhasabah memang memiliki akar kata yang sama dengan “hisab” (perhitungan). Jadi muhasabah adalah melakukan hal yang tadi disebutkan oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Allah SWT menunjukkan pentingnya muhasabah ini dalam surat Al Hasyr:18. Kita bisa mengetahui suatu ayat itu sangat penting jika Alllah menyebutkan kata “bertakwa” sebanyak 2 kali. Hal ini sudah sepatutnya menarik perhatian kita. Contoh ayat lain yang menyebutkan kata “bertakwa” 2 kali adalah An-Nisa:1. Ayat tersebut penting karena terkait dengan “mitsaqan ghaliza” (perjanjian yang kuat) a. k. a pernikahan.
Surah Al-Hashr, Verse 18:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri (nafs/jiwa) memperhatikan (dengan akal pikiran juga) apa yang telah diperbuatnya (disiapkan) untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari surat Al-Hasyr, kita juga diminta untuk memiliki visi (proyeksi) ke depan dengan melihat pelajaran-pelajaran lampau. Di ayat lain, Al-Qamar:32 Allah menyinggung tentang ini.
Surah Al-Qamar, Verse 32:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
Alquran sendiri 1/3 isinya adalah cerita-cerita. Cerita tersebut bukanlah cerita yang hanya terjadi di masa lampau, akan tetapi bentuk yang serupa juga terjadi di masa kini. Misalnya cerita tentang umat Nabi Nuh yang tidak memiliki akidah (tidak percaya akan pesan yang dibawa nabinya), itu berulang di masa kini dengan adanya sekularitas atau atheisme. Lalu, cerita tentang umat Nabi Luth, yang saat ini diserupai dengan fenomena LGBT. Dari kisah-kisah tersebut, kita perlu merenungkan apa yang sekiranya akan terjadi atau apa yang seharusnya kita usahakan untuk memperbaiki keadaan.
*Rekaman video ceramah tarawih ini. bosa diakses di channel YouTube Masjid Agung Al-Azhar.