Syukwis Part 3

“Syukuran wisuda, bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah untuk dapat menuntut ilmu.”

Alhamdulillah, saya sudah diwisuda bulan April lalu. Syukwis himpunan udah, syukwis unit udah, nah, tiba-tiba ada undangan syukwis lagi nih… Syukwis Salman.
Buat saya, Salman menyimpan banyak kenangan tersendiri. Saksi bisu perjuangan saya waktu TPB, tempat saya curhat saat sedang down di kampus, dan tempat saya bertemu sahabat-sahabat terbaik saya. Meskipun cuma sampe akhir tingkat 1 saya ikut unit Salman, tapi saya jatuh cinta sama masjid yang satu ini. Masjid yang bener-bener memperlihatkan ilmu pengetahuan dan imtaq berjalan berbarengan. Saya pernah nulis tentang Salman di sini –> Salman: My Second Home.
Syukwis Salman 2011
Saya sangat semangat buat dateng di acara ini. Sebagai alumni muda, saya masih merasa dalam kondisi statis tak tentu. Benar saya sudah punya tujuan, mimpi, dan things to do list. Tapi kadang, dihantam gelombang dikit bisa goyah. Padahal, menurut saya, cukup riskan klo mimpi kita tergoyahkan oleh benda yang bernama pesimis. Akibatnya prasangka terhadap Allah akan berubah, dan hukum ‘semesta mendukung’ pun bisa terganggu dalam prosesnya. Nah, harapan saya ikut acara ini, saya bisa belajar dari cerita-cerita alumni. Seperti kata Kang Wildan, cara paling gampang belajar itu, liat dari evaluasi. Dari kisah-kisah hidup orang, panitia, organisasi, dan semacamnya.
Jadi hari ini, ada lima pembicara yang berbagi kisah. Ada Pak Chobir (kisahnya bisa dibaca juga di Buku 30 Tahun ITB 77), Pak AT (Ahmad Tri Hanuranto – Rektor IT Telkom), Pak Heri (alumni Fisika Teknik, direktur & owner PT. Megacipta Persada), Pak Jaka (direktur KOGAS Group), Pak Ismail (direktur TI PPATK RI), dan Pak Didi (direktur SDM Antam).
Biar ga pusing, saya ceritain dalam bentuk quote, dari orang-orang tersebut.
Abdul Chobir

Pesan dari Bang Imad: Jadilah kmau di masyarakat, seperti ragi. Mengubah jadi lebih baik, tapi tetap diingat.

Pak AT
-Bekerja sesuai dengan kebenaran (menjunjung tinggi kebenaran)
-Jagalah amanah, untuk pekerjaan sekecil apapun
-Pegang sifat-sifat Rasul dalam bekerja (shiddiq, amanah, fathonah, tabligh)
-Kerja secara egaliter (jangan memandang rendah yang lain, masing-masing punya tujuan yang -baik untuk hidupnya sendiri, red.)
-Entrepreneurship itu jiwa. Harus ada dalam setiap kondisi.
Pak Jaka (Kepala GAMAIS pertama)

Siapa yang menawari pekerjaan pertama kali kepada kita, terimalah, karena di balik itu pasti ada skenario dari Allah SWT. (Setuju banget, saya yakin apapun kondisi saya saat ini, dimana saya berada, itu adalah yang terbaik buat saya –> harus pinter-pinter mencari hikmah dari tiap kondisi)

Pak Ismail (Kepala GAMAIS ke-5)
Jangan takut kurang rezeki, semua udah ada yang ngatur, Allah SWT.
(nyeritain saat beliau ‘kejebak’ jadi PNS)
Pak Didi (Mantan Kahim HMT)
-Kerja harus ‘mau-an’, kerja keras, ga pilih-pilih
-Berani jujur
-Senang kebenaran (sama seperti nasihat Pak AT)
-Kerja keras dan kerja cerdas itu ga bisa di mix-up. Itu dua hal berbeda yang harus dikombinasikan. Kerja keras itu karakter, kerja cerdas itu cara (banyak orang yang menyalahartikan klo kerja itu ga perlu kerja keras, asal kerja cerdas –> akibatnya nyuruh bawahan buat ngerjain)
Selain itu, saat pembukaan, Pak Hasanudin (Wakil Rektor), memberikan pesan juga:
Allah Maha Besa, tidak tidur, jangan takut kekurangan
(mengingatkan kita biar ga ikut-ikutan korupsi, memperkosa anggaran, dan hal-hal yang bersifat buruk lainnya)
Alhamdulillah yah…sesuatu banget hari ini di Salman. Dapet flashdisk gratis pula… 🙂
Semoga tulisan ini bermanfaat buat yang baca!

2 Comments on "Syukwis Part 3"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *