Waktu SMA saya sering berkonsultasi dengan guru (pamong-sebutan di sekolah kami) BP/konseling.
Mereka pernah bilang, “Yang tidak berubah dari seseorang itu adalah IQ-nya, sedangkan EQ-nya bisa berubah.”
Berbekal quote tersebut, saya yakin bahwa “pengembangan diri” harus terus menerus saya lakukan sampai akhir hayat. Itu juga merupakan salah satu alasan kenapa saya memilih kesenian rampak kendang di LSS ITB. Saya ingin mengurangi ke-introvert-an diri saya.
Beberapa minggu yang lalu, dengan memanfaatkan acara yang diorganisasikan oleh salah satu kandidat Ketua IA-ITB, saya mengikuti psikotest lagi. Pertama kalinya sejak terakhir mengikuti tes semacam itu.
Hasilnya,
ternyata benar apa yang dikatakan Bu Ela dan Bu Ismu (pamong BP) dulu. Secara umum kepribadian saya berubah.
Saya jadi teringat dulu sering berkonsoltasi dengan teman saya, Pradipta Ardhi, untuk melatih pembawaan saya agar lebih menyenangkan. Haha. Saya pernah mendata raut muka saya satu per satu, dia pun sampai meminjamkan saya buku Larry King. Ternyata effort saya untuk berubah, membuahkan hasil.
Dari kejadian ini ada dua hal yang saya simpulkan:
-Kita harus sering-sering introspeksi diri, sehingga tahu kelemahan-keunggulan diri sendiri.
-Don’t judge a book by its cover. Jangan pernah melecehkan orang karena sikapnya saat ini. Sebaliknya, ingatkan dan bimbing.
🙂