(Artikel ini merupakan re-post dari artikel yang sama yang dimuat di website Todai Muslim – keluarga mahasiswa muslim Indonesia di Universitas Tokyo, Jepang)
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, di bulan Ramadan tahun ini Tokyo University Islamic Cultural Society (TUICS) mengadakan acara buka puasa (iftar) bersama di kampus Universitas Tokyo. Berhubung Ramadan tahun ini bersinggungan dengan liburan musim panas, maka iftar bersama dilakukan di awal bulan Ramadan. Iftar ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa muslim saja, TUICS juga mengundang rekan-rekan non muslim baik yang berasal dari Jepang maupun dari negara-negara lain. Berdasarkan postingan terakhir di event page acara ini di Facebook, acara yang tahun ini bernama “Ramadan Iftar Party & Cultural Exchange” merupakan acara iftar terbesar yang pernah diadakan oleh TUICS. Subhanallah.
Seminar “Islam and Contemporary Science”
Di iftar kali ini, selain menyelenggarakan ibadah berbuka puasa, TUICS juga mengadakan seminar yang berjudul “Islam and Contemporary Science.” Seminar tersebut terdiri dari tiga sesi yang membahas Islam dan fenomena-fenomena ilmu pengetahuan yang ternyata sudah tercantum di Al Quran empat belas abad silam. Sesi pertama berjudul “Ramadan and Fasting in Islam”, dijelaskan oleh brotherSalman Sugimoto, seorang muslim Jepang. Beliau sudah 16 tahun menjadi mualaf. Dalam presentasinya beliau menjelaskan perbedaan puasa orang Jepang dan puasa Muslim. Juga menerangkan bahwa muslim itu tidak hanya orang Arab, bahkan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia adalah Indonesia.
Sesi berikutnyan tentang “Computer Science and Islam” yang dibawakan oleh brother Mohammed Kharrat, mahasiswa University of Tokyo. Di sini dijelaskan beberapa contoh ayat dalam Al Quran yang kebenarannya telah dibuktikan oleh sains modern, seperti gunung yang diciptakan sebagai pasak dan lebah yang mengikuti lintasan terpendek untuk hinggap di bunga. Presentasi tersebut dilengkapi juga dengan hasil riset ilmiah yang menyertainya.
Lalu sesi terakhir diisi oleh brother Dawud dari Tokyo Medical and Dental University yang membahas tentang “Ramadan and Health.” Dalam presentasinya itu beliau menyertakan hasil sebuah eksperimen terhadap tikus yang puasa dan yang tidak puasa. Tikus yang puasa dengan parameter tertentu terbukti lebih kuat dari tikus yang tidak puasa.
Sesuai dugaan, acara seminar ini menimbulkan antusiasme para peserta yang sebagian besar adalah warga negara Jepang. Terlebih setiap peserta diberikan souvenir khusus berupa siwak dan buklet yang menjelaskan tentang Muslim dan Islam.
Suasana seminar “Islam and Contemporary Science” |
Hidangan lintas negara
Saat menghadiri acara buka bersama tentunya kita bertanya-tanya menu apa sih yang akan dihidangkan? Pada iftar kali ini menu yang dihidangkan cukup menarik. Satu set menu berbuka yang disiapkan terdiri dari makanan khas dari beberapa negara. Sangat menarik melihat pembuatan setiap menu makanan tersebut. Sebelum acara dimulai, di Sosei Hall Ruang 324 Engineering Building8, bagaikan peserta Konferensi Makanan Internasional, beberapa kelompok bekerja individu membuat menu khas negaranya. Kontingen Indonesia membuat Es Teler (yang sangat sulit kita jelaskan namanya kepada mahasiswa negara lain dan pada akhirnya kita sebut sebagai drunken ice :p ) dan bubur sumsum, serta beberapa potong semangka dan pisang. Makanan lain yaitu samosa dari India dan Pakistan, sandwich tuna dari Tunisia, kurma dari Arab Saudi, dan roti dari Jepang. Setelah persiapan dari masing-masing kontingen selesai, akhirnya semua hidangan tersebut disatukan ke 150 wadah yang sudah disiapkan. Senang rasanya melihat kerjasama dari tiap muslim lintas negara untuk menyiapkan menu berbuka ini.
Kontingen-kontingen dari negara muslim yang sedang menyiapkan menu andalannya |
Delegasi Indonesia yang sedang menyiapkan bubur sumsum |
Menu internasional: Sandwich Tunisia, samosa India-Pakistan, kurma Arab Saudi, roti Jepang, buah-buahan Indonesia yang made in Japan (hehe), es teller dan bubur sumsum Indonesia (foto dokumentasi TUICS) |
Kebersamaan
Setelah acara seminar usai, tibalah saatnya berbuka. Para mahasiswa muslim dan undangan yang non muslim berbaur di depan hidangan berbuka yang telah disiapkan dalam beberapa saf. Sambil menikmati hidangan, para peserta terlibat dalam obrolan seputar Islam, budaya Ramadan di masing-masing negara muslim, dan obrolan ringan lainnya.
Kegiatan berikutnya adalah ibadah salat Maghrib. Saat solat Magrib tersebut, para undangan yang non-muslim menunggu di sekeliling jamaah Maghrib (pengalaman unik juga untuk beberapa muslim merasakan solat ditonton dan diambil fotonya oleh orang-orang lain). Lalu selepas solat, sesi makan berat pun tiba. Untuk makan malam ini TUICS menyediakan bento Biryani (khas Pakistan/India) yang porsinya lebih dari cukup untuk sebuah makan malam.
Oishikattane!
Suasana berbuka (foto dokumentasi TUICS) |
Suasana berbuka di ruangan khusus wanita (foto dokumentasi TUICS) |
Penutup
Kegiatan iftar tahun ini menggambarkan ukhuwah yang indah diantara para mahasiswa muslim yang sedang berjuang menuntut ilmu di Todai. Iftar ini juga menjadi media dalam mengenalkan Islam kepada teman-teman non muslim lainnya. Semoga kegiatan ini mengingatkan kembali kepada kita untuk terus menjaga silaturahmi antar sesama muslim dan mengenalkan Islam kepada dunia luar dengan berkepribadian santun dan ramah.
Gan, ada materi presentasi2-nya ga? Terutama yg punya Bro Mohammed Kharrat, menarik sigana.. もらったもいいですか?
@Ijalngga Jal, ntar klo ketemu saya tanyain insya Allah