HATTI-nya Jepang (1)

Saya pertama kali kenal JGS (Japanese Geotechnical Society) saat menggunakan buku standar uji lab JGS untuk pengujian properti tanah yang akan digunakan dalam eksperimen saya. Saat itu yang ada dalam benak saya tentang JGS adalah sama seperti asosiasi profesional di Indonesia seperti PII, HAKI, HATTI, dan sebagainya yang kegiatannya seputar sertifikasi profesi dan penyelenggaraan konferensi/ seminar. Sejujurnya saya tidak tahu terlalu banyak tentang organisasi profesi lainnya di Indonesia selain HATTI, dimana saya pernah berkesempatan mengikuti pertemuan ilmiah tahunannya.

Tapi bayangan saya tentang JGS ini berubah saat lab kami mengikuti Soil-Strucure Contest yang diadakan oleh JGS cabang Kanto (Tokyo dan sekitarnya). Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan lab-lab geoteknik di universitas-universitas yang berada di daerah Kanto. Cukup unik bagi saya karena sebelumnya saya belum pernah melihat kompetisi yang betul-betul melingkupi bidang geoteknik. Saat saya mahasiswa dulu memang ada beberapa kompetisi teknik sipil seperti KJI (Kompetisi Jembatan Indonesia) yang diadakan di Jakarta dan kompetisi terkait perencanaan transportasi yang dulu pernah diselenggarakan oleh HMS ITB, tapi belum pernah saya temukan kompetisi tentang geoteknik.

Soil-Structure Contest ini terlihat sederhana, setiap tim diharuskan membuat sebuah simple beam (balok sederhana) dari beberapa jenis tanah dan geogrid yang disediakan oleh panitia. Dimensinya? Hanya memiliki panjang 30 cm!
Bayangkan KJI yang mengharuskan kita mendesain dan memfabrikasi jembatan yang skalanya boleh dikatakan jauh lebih besar dibandingkan simple beam dari tanah ini. Pada kompetisi Soil-Structure Contest ini tim yang menang adalah tim yang baloknya bisa menahan beban terbesar saat diberi point load test.

Meskipun sederhana, perlombaan ini cukup mengasah pemahaman dan keterampilan geoteknik kita. Untuk membuat balok ini dibutuhkan prinsip-prinsip dasar mekanika tanah yang secara umum sudah dipelajari di bangku S1. Bagaimana proporsi pasir, lempung, air yang harus kita gunakan agar material masih dalam keadaan elastis atau plastis dengan PI (indeks plastisitas) yang besar saat diberi beban. Lalu geogrid dengan bukaan berapa yang optimal untuk dipakai dan di mana posisinya, berapa derajat kompaksi yang perlu diberikan, dan juga berapa besar dimensi penampangnya agar bisa memberikan inersia terbesar dan dapat diselesaikan dalam tempo waktu yang diberikan. Pada lomba yang saya ikuti tahun lalu, panitia juga memberikan pilihan material berupa pasir halus hasil likuifaksi yang dulu banyak terjadi saat gempa Tohoku 2011. Peserta harus ikut memikirkan untuk menggunakan pasir ini dalam proses konstruksi sehingga pasir-pasir tersebut memiliki potensi daur ulang.

Lomba kali ini diadakan di Nippon University di Chiba, tepatnya di laboratorium geoteknik. Tapi peralatan-peralatan untuk lomba seperti cetakan balok, palu untuk kompaksi, geogrid, dan lain sebagainya disediakan oleh JGS Kanto. Meskipun panitianya hanya beberapa orang, namun mereka cukup solid dan bisa menyelenggarakan acara dengan baik.

Sehari sebelum lomba, kami sudah merancang desain yang akan kami buat. Lalu saat pertandingan dimulai, pertama-tama kami mencampur-campur tanah untuk mendapatkan campuran yang mendekati elastis. Kami menggunakan pasir dan material likuifaksi di bagian atas balok, sebagai daerah kompresi. Lalu proses kompaksi yang melelahkan pun dimulai…

Bahan dan peralatan untuk tiap kelompok

Briefing sebelum pertandingan

Campur-campur tanah

Kompaksi

“No Soil No Life” – wearpack salah satu tim yang bertanding

Coret-coretan desain

Desain kelompok kami

Sebelum sesi pengujian, masing-masing tim diharuskan melakukan presentasi tentang dasar-dasar dalam asumsi desain mereka. Sesi presentasi ini juga dinilai oleh panitia untuk mengukur sejauh mana pengetahuan mekanika tanah peserta. Pada perlombaan ini tim dari Todai meraih predikat best presenter, namun belum berkesempatan menjadi juara utama. Kegiatan ini sepertinya sangat efektif dalam mempererat networking diantara anggota JGS, khususny area Kanto. Mahasiswa-mahasiwa pun bisa saling kenal satu sama lain sebelum nantinya mereka terjun ke dunia profesional. Pendekatan melalui kegiatan untuk mahasiswa ini sangat baik untuk regenerasi dan memberikan impresi karena secara tidak langsung para pengurus-pengurus JGS sudah memperkenalkan organisasinya dengan baik dan meninggalkan kesan yang menyenangkan untuk generasi-generasi profesional geoteknik berikutnya.

Presentasi

Pengetesan

Break!

Beam kelompok kami
Best presenter, sesi terakhir acara sebelum party

2 Comments on "HATTI-nya Jepang (1)"


  1. maaf saya mau tanya mengenai info beasiswa kuliah di jepang? dan gimana caranya supaya bisa kuliah di jepang? sebelumnya jazakallah untuk jawabannya.

    Reply

  2. @Syifa.kingCoba cari info di web kedubes jepang jakarta.Atau follow grup FB ini:Study ke Jepang, WHY NOT?Itu grup yang dikelola oleh teman satu kampus dengan saya sekarang.Maaf telat balas.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *