Udah lama ngga maen blusukan ke daerah hutan-hutan atau gunung-gunung, akhirnya weekend kemarin saya menyempatkan diri juga jalan-jalan ke perbukitan atau trekking. Sebetulnya ajakan trekking ke Cisadon ini sudah lama ditawarkan teman saya Mas Bobby di bulan Februari yang lalu. Tapi karena kerjaan kantor yang sangat padat, saya batal ikut kloter Februari. Kalau ditanya, lebih suka mana, pantai atau gunung? Sepertinya di fase hidup yang sekarang (baca: karena udah cenderung mager) saya memilih pantai, karena pantai identik dengan diem di resort dan santai-santaian (santay kaya di pantai kan?). Sebaliknya kalau dijawab gunung, biasanya identik dengan perjalanan jauh dan mendaki. Manusia banget ya? Tidak mau menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
Cisadon ini sebuah desa yang terletak di dataran tinggi Kabupaten Bogor. Kalau berdasarkan altimeter di jam sih, letaknya di ketinggian 1.167 m dpl (di atas permukaan laut). Titik awal pendakian kami dimulai di ketinggian 792 m (ketinggian yang sama dengan Kota Bandung). Namun karena wilayahnya masih berupa hutan-hutan rimbun, kesegarannya masih terasa. Di Bandung, sudah jarang bisa menikmati cuaca yang sama menurut saya.
Perjalanan kami dimulai dari Jakarta Pusat jam 4:20 (sebetulnya perjalanan saya sih, karena Mas Bobby jemput saya jam segitu :))). Kita langsung ambil jalan via tol dalam kota, lanjut ke arah Bogor dan keluar di Sentul Selatan. Di sana kami solat Subuh di musholla SPBU Pertamina depan IKEA Sentul sambil menunggu tim Depok (Mas Bagas & Fathan, jagoan
sulungnya). Jam saat itu menunjukkan pukul 5:44 pagi. Jadi kurang lebih kami menghabiskan waktu 2 jam 24 menit untuk perjalanan, berhenti sebentar di rest area untuk beli sarapan (saya beli Tahu Sumedang dan lontong), dan solat Subuh.
Setelah bertemu tim Depok, kami melanjutkan perjalanan menuju titik awal pendakian. Jalan yang kami tempuh melewati Km 0 Sentul yang sering saya lihat di foto orang-orang yang biasa sepedahan. Waw, ternyata grade nya “lumayan” juga. Perkiraan saya, kemiringan jalur menuju Km 0 itu melebihi rute Dago giri ke Lembang yang biasa saya lalui. Boleh juga nih kapan-kapan dijajal pakai sepeda. Kami akhirnya parkir di sini yang sekaligus menjadi titik awal trekking. Saya dengar daerah ini dimiliki oleh Pak Prabowo.
Setelah menyiapkan perbekalan, sekitar jam 6:20 kami pun memulai perjalanan. Menurut Mas Bobby, waktu mulai kami relatif awal dibandingkan pengalaman dia sebelumnya. Beruntunganya pula, cuaca tidak hujan dan belum panas. Dan juga belum ada motor trail atau mobil off-road yang lewat jalur. Alhamdulillah bisa menikmati perjalanan dengan tenang. Memang beberapa pelari trail sudah berangkat jauh lebih pagi, karena di tengah jalan kami berpapasan dengan mereka yang sedang menuju arah kembali.
Di tengah perjalanan, kami melewati Garuda Farm (peternakan dan perkebunan), spot-spot istirahat, camping ground, dan berbagai macam pemandangan dan suara indah yang sudah sangat lama tidak saya nikmati: jalan lorong bambu, pepohonan hutan, ilalang, bukit-bukit yang diselimuti kabut, air terjun kecil, gemericik air di sungai-sungai kecil (mungkin lebih selokan deng), riak-riak air di selang yang bocor, suara-suara jangkrik, sambil ditemani anjing-anjing di seperempat awal perjalanan kami. Yang terakhir itu agak was-was sih, karena saya sendiri lumayan takut dengan anjing. Tapi sejak diberitahu seorang bli di Bali saat saya liburan dulu, anjing menyalak saat kami datang di pantai atau di daerah wisata itu tandanya mereka menyambut kami, jadi tidak perlu takut. Informasi ini cukup menenangkan hati saya. Lagi pula anjing yang mengikuti kami kemarin tidak menggonggong. Cuman ngikutin di belakang doang.
Ok, let the pictures tell our journey:
Setelah sampai di gerbang desa, kami melanjutkan perjalanan sedikit agak ke tengah desa dimana di sana terdapat dataran yang dikelilingi gunung-gunung sepanjang penglihatan saya. Kami menuju satu waring untuk beristirahat, pesen indomie, makan bala-bala, tahu, dan teh manis. Kalau mau versi sehatnya, mereka menyediakan pisang, semangka, dan air kelapa juga kok. Hehehe.
Di tengah desa ada satu masjid, kolam buatan, dan camping ground juga. Kami berpapasan dengan beberapa rombongan dengan outfit pendaki dan camper. Silakan nikmati videonya di sini (sayang cuman saya ambil sedikit):
Setelah bertadabbur alam sekitar desa, kami kembali turun ke titik awal keberangkatan. Di tengah jalan mulailah kami berpapasan dengan rombongan motor trail, mobil, orang-orang Korea (hehe), dan makin banyak orang lagi. Syukur, kami berangkat dan selesai lebih awal. Kami akhirnya sampai di tempat parkir pukul 11:30. Alhamdulillah pengalaman yang sangat bermanfaat untuk refresh dan detox dari rutinitas sehari-hari di ibukota.