“True North” (Utara yang sebenarnya) adalah arah sepanjang permukaan bumi yang menuju titik geografis kutub utara. The True North ini berbeda dengan kutub utara magnet bumi. Salah satu cara menentukan titik utara adalah dengan melihat konstelasi bintang. The true north ini menjadi panduan yang digunakan sejak dahulu oleh nenek moyang kita, bahkan hingga kini, untuk bernavigasi. Di jaman sekarang ini mungkin mudah bagi kita untuk menggunakan aplikasi panduan seperti google map atau waze untuk memandu arah mencapai tujuan yang kita kehendaki. Meskipun dapat diandalkan, tidak ada informasi yang tetap di aplikasi-aplikasi tersebut. Kadang kita perlu mengupdate atau kadang jalan yang direkomendasikan akan berganti. Contohnya, saat ada demonstrasi atau pandemi seperti saat ini, beberapa ruas jalan akan di blok dan kita tidak dapat mengandalkan panduan yang sama.

Dalam hidup, kita perlu juga memiliki panduan. Karena pada hakikatnya, kita sedang melakukan perjalanan. Kita memiliki awal dan akhir. Dimulai dari kelahiran kita sebagai titik awal kita akan memiliki titik akhir berupa kematian. Selama rentang hidup itu, yang bisa dikatakan relatif lama, kita akan dihadapkan pada tantangan, hambatan, dan cobaan yang datang silih berganti. Saya mengatakan relatif lama karena dalam hitungan kita, beberapa aspek kehidupan tidak dapat dilewati begitu saja. Ada banyak proses yang perlu kita lakukan, saat kita sekolah dahulu, lalu bekerja, menikah, mengurus anak, berkontribusi di masyarakat, dan lain-lain. Untuk memandu kita, Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, telah memberikan panduan yaitu Al Quran. Sebuah kitab yang bukan ditujukan bagi umat muslim saja, tapi bagi seluruh umat manusia. Jika kita mengikuti panduan tersebut, insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat.
Saya sempat menonton ceramah Ust. Adi Hidayat di Pertamina, link-nya ada di sini. Di sana beliau mengungkapkan beberapa contoh dari Al Quran yang bisa dijadikan langsung menjadi panduan dalam mengarungi hidup ini. Dari sejak lahir, kecil, dewasa, Al Quran menerangkan secara jelas panduan untuk kita. Ada contoh, saat anak kita nanti (kondisi untuk saya sudah lewat soalnya.hehe) mau merantau ke luar negeri, bekali dia dengan Al Quran surat Al-Hujurat (49) ayat 13 yaitu, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Al Quran surat Al-Hujurat (49) ayat 13
Saya ingat dulu sebelum berangkat studi ke Tokyo, saat saya tahu di lab saya ada orang Iran, yang notabene Syiah, saya sempat cemas. Kenapa? Karena saya mendengar hal-hal yang tidak baik tentang orang syiah. Bahkan di media Indonesia sendiri pun banyak berita-berita negatif tentang aliran ini. Saya sempat diskusi dengan dosen saya, waktu itu. “Terus kenapa Ghan? Apa yang salah? Di sini juga kita hidup bareng dengan orang Kristen, Buddha, Hindu”, katanya. Betul juga sih. Tapi selama tahun pertama saya di lab di Tokyo, saya menunjukkan sikap tidak ramah terhadap teman-teman yang dari Iran tersebut. Sampai pada akhirnya saya sadar bahwa saya perlu menunjukkan sikap yang baik dalam pergaulan sesama manusia. Bahkan teman-teman Iran itu pun menaruh respek terhadap saya dan mereka pun bangga dengan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia. Mereka berharap ingin mengunjungi negeri ini. Al Quran surat Al Hujurat ini adalah bukti nyata bahwa ia menjadi panduan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan orang-orang dalam kondisi seperti saya dulu.
Dari beberapa kejadian yang saya alami akhir-akhir ini, saya berpikir kalau Al Quran itu bagaikan “The Cube.” Tau kan? yang dari film Transformer. The cube atau allspark ini katanya adalah energi yang dapat menciptakan dunia dan mengisinya dengan kehidupan. Ada satu episode di film Transformer saat the cube ini diaktifkan oleh para Autobot, ukuran langung membesar, berlipat-lipat. Allspark juga memancarkan radiasi energi yang sangat tinggi.
Al Quran, di sisi lain, menyimpan banyak rahasia juga. Di buku Fihi Ma Fihi karya Rumi, dikisahkan bahwa ada orang yang mengejek Nabi Muhammad SAW, “Mengapa Al Quran diturunkan kata demi kata, tidak bab per bab?” Nabi menjawab, “Pertanyaan bodoh macam apa ini? Seandainya Al-Qur’an diwahyukan semuanya kepadaku secara serentak, aku akan meleleh hancur dan mati.” Ini cukup mendeskripsikan bahwa Al Quran sangat istimewa.
Pertanyaan bodoh macam apa ini? Seandainya Al-Qur’an diwahyukan semuanya kepadaku secara serentak, aku akan meleleh hancur dan mati
Nabi Muhammad SAW
Dan, jika kita bisa mengambil hikmah dari ayat-ayat Al Quran bagi kehidupan kita, dampaknya akan luar biasa. Saya pernah menulis artikel “Terjun” di blog ini, di mana surat At Tin menggambarkan fase yang mungkin dialami manusia, karena sudah didesain sedemikian rupa oleh Sang Pencipta. Pun dengan surat Ad Dhuha. Pernahkah kita merasa seperti tidak punya apa-apa lagi saat dilanda cobaan? Merasa tidak punya pegangan? Hingga menganggap hidup ini tidak berarti lagi bagi kita? Cobalah baca dan resapi surat Ad Dhuha. Ini pun salah satu surat yang akhirnya bisa menghibur Rasulullah SAW setelah sekian lama wahyu tidak turun kepada beliau dan cacian orang-orang kafir Quraisy menghujaminya.
Jika suatu saat dalam fase kehidupan ini kita dihadapkan pada suatu cobaan yang luar biasa hebatnya, badai yang sangat ganas, atau godaan yang mengikis pendirian kita, kembalilah pada “The True North,” untuk tahu apa yang perlu kita perbuat saat itu terjadi. Bahkan saat kita tidak tahu bagian mana di Al Quran yang perlu kita rujuk saat kita bermasalah, bukalah dia secara acak. Al Quran akan menerima getaran diri kita dan menunjukkan mana jalan yang perlu kita tempuh. Mungkin ada hikmahnya juga mengapa susunan ayat-ayat Al Quran terasa tidak beraturan. Tentang pengalaman ini, saya pernah menulis artikel serupa 10 tahun lalu di sini: Keep Fighting!. Metode ini juga dibahas oleh Ust. Nasrullah sebagai metode “garputala” dalam bukunya “Magnet Rezeki.”
Saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya dan sebagai pengingat untuk diri saya sendiri. Masih banyak rahasia dan hikmah-hikmah dalam Al Quran yang belum saya dapat. Seiring berputarnya roda perjalanan hidup saya, saya akan berusaha menuliskannya di sini. Jadi saya namakan tulisan ini “The True North Part 1” dulu.
