Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-76!

Dulu sepertinya saya jarang skip nonton atau ikut upacara bendera dalam rangka peringatan hari ulang tahun kemerdekaan negara kita. Tapi semenjak bekerja, jadi ngga terlalu “aktif” dalam memperingati. Paling hanya nonton via televisi. Upacara terakhir yang saya ikuti adalah di KJRI Ho Chi Minh City waktu masih tinggal di Vietnam. Dikarenakan kondisi kami yang “eksklusif,” segala pertemuan antar warga Indonesia biasanya sangat dinanti-nantikan.

Presiden Soekarno pernah berkata bahwa perjuangan dia dan generasinya lebih mudah karena melawan bangsa asing. Tapi perjuangan kita akan lebih sulit, karena melawan bangsa sendiri. Mungkin ini bisa dirasakan sekarang, di mana kita berkutat dengan permasalah pemberantasan korupsi, kriminalitas, dan tidak tepatnya wewenang yang dipakai oleh oknum pejabat-pejabat pemerintahan yang seharusnya digunakan untuk kemaslahatan bangsa dan negara, tapi malah digunakan untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Betul sekali prediksi Bung Karno, kita jadi perlu berhadapan dengan bangsa sendiri untuk mempertahankan kemerdekaan kita. Kemerdekaan dari apa? Kemerdekaan dari penindasan dan kesewenang-wenangan. Kondisinya masih sama, meskipun subjek atau pelakunya berbeda. Firaun, penjajah, dan pejabat yang tidak amanah, kesemuanya memiliki sifat yang sama.

Untuk memerdekakan diri kita, perubahan yang besar perlu dilakukan dari yang kecil. Dari level mikro, sub mikro, nano…hmm…itu sih pembagian unit secara fisik ya. Yang terpenting sebetulnya adalah perubahan dari diri kita yang sebenarnya, yaitu jiwa. Banyak yang tidak sadar bahwa jiwa kita ini terbelenggu oleh yang namanya hawa dan syahwat. Hawa adalah keinginan-keinginan yang sifatnya batiniah (ingin dipuji, sombong, ingin berkuasa) dan syahwat adalah keinginan-keinginan yang lebih ke arah materialistis (harta, wanita, pekerjaan dll.). Hawa dan syahwat tidak harus “dibunuh,” tapi harus dikendalikan oleh jiwa kita. Sedangkan aslinya jiwa kita sebetulnya baik dan suci. Itulah jiwa yang dulu pernah bersaksi saat ditanya “Bukankah Aku ini Rabb-mu?” Di alam jauh sebelum kita lahir ke bumi. Ada juga yang menerjemahkan hadis Rasulullah yang menyuruh kita mengajarkan anak-anak kita untuk menunggang, sebetulnya berarti kita harus mengajarkan anak-anak kita “mengendalikan” hawa dan syahwatnya.

Dengan begitu, kemerdekaan merupakan tugas penting bagi kita untuk diperjuangkan, bahkan di level individual. Jika jiwa kita sudah “merdeka,” tentunya kita bisa berkontribusi untuk memajukan lingkungan, masyarakat, dan bahkan bangsa, negara, dan dunia di level yang lebih makro.

Jadi, lirik lagu kebangsaan kita “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya” adalah sangat relevan dan layak untuk dijadikan lecutan untuk tetap menjaga kesadaran kita untuk “merdeka.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *