Minggu lalu saat libur nasional, saya dan keluarga menyempatkan diri ke Masjid Istiqlal. Kebetulan ibu saya ingin merasakan khataman Al Quran di sana. Jadi kami diam di masjid sejak lepas Dzuhur hingga ba’da Isya. Untuk mengisi waktu, saya sempat membaca sisa buletin jumat tanggal 20 Mei 2022 yang salah satunya membahas tentang perbedaan infak, sedekah, dan zakat. Di artikel itu penulis menceritakan analogi “memberi” sebagai bentuk rasa syukur atas pertolongan yang diberikan. Saat kita diberi rezeki, kita sudah biasa untuk menyebarkan rezeki tersebut dalam bentuk nafkah (atau infak) kepada keluarga kita. Pemberian tersebut, bisa juga dikatakan sebagai “tanda syukur” atau “tanda terima kasih” kepada orang-orang yang telah membantu kita menemani hidup atau mendukung kita dalam bekerja (misal istri, anak, orang tua, dan keluarga dekat yang lain). Hal itu bisa sangat mudah dipahami.
Namun, pernahkah kita berpikir dalam kesuksesan hidup kita ada banyak tangan yang berkontribusi terhadapnya? Kesuksesan itu relatif, tergantung definisi masing-masing orang. Ambil contoh yang sederhana: sukses untuk datang tepat waktu ke kantor meskipun kita telat bangun. Misal seseorang bangun telat, setelah menyelesaikan urusan rumah, dia buru-buru berangkat ke kantor. Ternyata di depan rumah kebetulan ada taksi yang stand by, sehingga dengan mudah ia berangkat ke kantor. Saat keluar komplek rumah, petugas keamanan komplek menyetop kendaraan yang akan menghalangi jalan taksi tersebut, sehingga taksi bisa dengan lancar melewati persimpangan. Lalu, sepanjang perjalanan, orang dan taksi yang ditumpanginya tersebut selalu mendapatkan lampu hijau. Bahkan ada polisi lalu lintas yang menyuruh kendaraan dari arah taksi tersebut untuk tetap maju meskipun lampu merah (mungkin di belakangnya akan ada rombongan penjabat, dll.). Akhirnya orang tersebut bisa sampai ke kantor tepat waktu.
Mari kita mem-breakdown kesuksesan orang tersebut. Ternyata kita bisa melihat kontribusi beberapa orang dalam mewujudkan kesuksesan tersebut, setidaknya ada: supir taksi, petugas keamanan komplek, dan Pak Polisi. Dan mungkin ada juga orang-orang lain yang berkontribusi terhadap kelancaran perjalanan. Kalau kita diminta berterima kasih atas jasa mereka, bisakah kita dengan sadar menyisihkan sebagian harta dan memberikan tanda syukur/ terima kasih kepada mereka?
Untuk kejadian-kejadian lain dalam hidup kita tentu saja ada faktor serupa yang berkontribusi terhadap kelancaran dan kesuksesan hidup. Itulah salah satu fungsi zakat dimana dikatakan dalam harta kita ada “hak orang lain.” Kita hampir tidak tahu ada berapa banyak orang yang membantu kesuksesan kita dalam segala macam aktivitas hidup yang kita jalani. Dan dengan zakat kita bisa menunaikan hak mereka. Tentunya analogi ini hanya salah satu logika yang membantu menjelaskan fungsi zakat. Mungkin masih ada lagi rahasia infak, sedekah, dan zakat yang masih belum kita ketahui. Oleh karena itu, niat zakat perlu mendahulukan iman, ketimbang akal. Salah satu ayat di Al Quran yang bisa kita renungi adalah QS Fatir: 29-30.
Saat ini kebetulan saya sedang menikmati buku karya Michio Kaku yang berjudul “The Future of Humanity.” Dengan gaya penulisan yang populer ada berbagai macam ilmu sains yang dijelaskan di sini. Salah satunya tentang planet-planet. Planet Jupiter, seperti yang kita ketahui bersama adalah planet terbesar di tata surya kita. Dengan bentuknya yang masif, ia memiliki gravitasi yang sangat kuat yang dapat menarik benda-benda luar angkasa atau mungkin mengubah trajektori mereka. Jupiter ini bisa dikatakan seperti vacuum cleaner-nya tata surya kita. Ternyata, Jupiter ini lah yang selama ini menjaga bumi dari kejauhan. Benda-benda asing yang mungkin memiliki trajektori yang akan menabrak bumi, sudah lama “dihisap” atau “dilontarkan” keluar jalurnya oleh Jupiter. Sungguh tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia.
Terkait dengan cerita di awal tentang infak, sedekah, dan zakat, saya mau menarik hubungan antara Jupiter bagi bumi dan orang-orang yang berkontribusi terhadap kelangsungan hidup kita dengan diri kita. Mungkin kita tidak sadar, di kejauhan sana ada Jupiter-Jupiter yang selalu membantu hidup kita yang bahkan belum kita kenali. Sudahkah kita mensyukuri/ berterima kasih terhadap mereka?
1 Comment on "Berterima kasih kepada Jupiter kita"