Masih ingat dengan Deception Point? Salah satu novel karya Dan Brown itu?
Nah, tulisan saya yang satu ini merupakan hasil perkawinan dari novel itu dan tadabur alam ke daerah Bandung Utara…
Begini ceritanya…
Waktu pertengahan April klo ga salah. Di tengah hiruk-pikuk persiapan agenda besar LSS ITB. Saya melihat salah satu brosur perumahan di Bandung Utara. Milik anak Planologi. Mereka kayanya dikasih tugas ke lapangan gitu, jadi ngumpulin brosur-brosur perumahan. Perumahan di daerah selatan atau di luar kota sih mungkin biasa, tapi ini di Bandung Utara! Udah sebegitu rentannya tapi masiiih aja dibangun beton. Sebagai orang sipil harusnya sih saya seneng gara-gara banyak proyek, tapi klo udah menyangkut lingkungan…yah, harus concern juga dong.
Allegro Altura nama perumahannya.
Salah satu perumahan modern bertemakan musik. Konon, dari brosurnya, akan dibangun juga pusat musik dan tower tertinggi di Indonesia. Ya iyalah, bangunnya aja di ketinggian 800-an meter di atas permukaan laut. FYI: elevasi Bandung adalah 750-an meter. Terlepas dari permasalahan lingkungan yang sudah melanda Bandung Utara ini, pikiran saya langsung menuju mata kuliah pondasi dan manajemen konstruksi.
Tower di perbukitan??
Klo tower telekomunikasi atau tower listrik sih mungkin ga masalah. Tapi ini tower yang di dalamnya ada ruangan-ruangan besar. Pondasinya pasti pondasi dalam (tiang). Bisa menembus hingga berpuluh-puluh meter ke dalam tanah. Klo gitu caranya pasti berpengaruh terhadap tinggi muka air tanah. Pasti turun. Coba bayangkan, di daerah resapan aja MAT-nya rendah, gimana di daerah hilir (Bandung Selatan)?
Belum saat konstruksi dilaksanakan. Pasti butuh clearing area juga kan? Pohon-pohon yang sudah hidup disana selama berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun pasti dibabatin. Dan kenyataannya seperti itu. Sekarang daerah antara Punclut dan Dago Pakar jadi gersang (bisa dilihat di foto yang saya ambil dari Google Earth). Saya juga membuktikan secara langsung waktu jalan-jalan dari Dago Pakar ke Maribaya, di tengah perjalanan ke Dago Pakar saya melihat daerah gersang di arah ke Ciumbuleuit.
Jika pihak developer dan kontraktor berpikir bahwa pohon-pohon tersebut bisa diganti dengan yang baru, saya rasa saat pohon-pohon tersebut tumbuh besar daerah di sekitarnya sudah berganti fungsi dan kapasitas sebagai daerah resapannya sudah hilang, karena selain pohon yang tumbuh, struktur beton juga tumbuh.
Sebetulnya isu tentang Bandung Utara dan pembangunan Allegro Altura ini sudah ada sejak lama. Sejak 2007 klo ga salah (bisa googling tentang isu ini). Sudah pernah dilakukan demo (protes) terhadap Pemda yang dinilai tidak peduli lingkungan. Coba lihat ini. Di paragraf kedua ada tulisan menarik dari walikota kita, ” Menyelamatkan lingkungan itu sebenarnya tidak boleh ada target, tapi harus dilakukan seumur hidup.”
Tapi yang bikin saya geram dan gemes, di brosur si Allegro Altura itu, di bagian foreword, ato kata sambutannya, ada juga kata-kata Pa Walikota, “As a mayor of Bandung City, I am pleased to welcome PT Dam Utama Sakti in helping the development of northern Bandung area (Punclut). With an agreement from Bandung’s government and House of Representatives in DPRD Bandung, this is an oppurtunity for the government and private companies to work together in planning the area of the northern Bandung“.
Wow! Such a terrible speech! Parah pisan!
Development yang salah menurut saya.
Lalu bagian yang mirip dengan novel Deception Point-nya ada di sini:
“…this is an oppurtunity for the government and private companies to work together in planning the area of the northern Bandung”.
Heihei, masih ingat cerita tentang privatisasi NASA di novel Deception Point? Saya merasa ada tokoh seperti Sedgewick Sexton di Pemda Bandung. Saat sebelum dia jadi pejabat Pemkot, dia dibantu pihak-pihak swasta yang punya kepentingan bisnis tapi ngga mau peduli tentang lingkungan di Bandung. Alhasil beginilah produknya. Bandung Utara yang sudah habis-habisan dijaga agar tidak ada lagi pembangunan nyeleneh di atasnya, sekarang jelas-jelas, dengan persetujuan pemerintah kota, dibangun.
Aaaah, makin gerah aja nih Bandung urang…
Ayo, orang-orang pintar di Bandung. Rasakan keindahan alam daerah ini. Resapi. Renungi. Lalu buat sesuatu untuk kebaikan kota ini…
Nih, saya kasih lagu (pertama kali kenal waktu SMP):
Bandung ! Bandung ! Bandung nelah “Kota Kembang”
Bandung ! Bandung !
Sasakala Sangkuriang Di lingkung gunung, heurin ku tang-tung
Puseur kota numulya
Parahiyangan
Bandung ! Bandung !
Pada muru di jarugjugan
Bandung ! Bandung !
Ting runggunuk nyanding gunung
Bandung ! Bandung !
Dipasieup Cikapundung Di Bandung mungpung, jalma ti kampung
Ngadon reureuh di Kota nyinglar kabingung
Bandung ! Bandung !
Pang beberah nu nandang wuyung
hmmm…. *bingung mo komen apa*cuma mau bilang salam kenal.. dan salam ramadhan:)
hmmm.. ada benernya juga tuh kata pa walkot.. dari segi bisnis emang prospeknya akan sangat bagus (kayanya), dari segi pengembangan business plan nya bandung juga akan meningkat (sotoy ginii..).. kalo kata aul sih ya, ini tuh masalah ke ga ngertian masyarakat terhadap pentingnya ngejaga lingkungan, bahwa ada hal yang lebih dari sekedar nyari keuntungan.. so, tugas kita semua buat nyampein pemahaman itu ke masyarakat.. heuheu..