Deception Point: Salah satu dari empat buku karangan Dan Brown. Terbit di Indonesia sejak tahun 2006…
Memang telat sepertinya untuk membuat review buku ini. Tapi, jujur, saya sangat tertarik terhadap ceritanya. Baru kali ini juga loh saya baca buku yang begitu kakunya. Bukan kaku alur ceritanya, tapi kertasnya kaku. Buku ini saya pinjam dari seorang saudara yang tinggal di ibukota, yang pernah menjadi korban banjir besar di tahun 2007 klo ga salah. Alhasil semua buku miliknya pun terendam. Padahal koleksi buku teteh saya itu banyak banget. Si buku Deception Point ini juga mau ga mau jadi korban.
Cerita di dalamnya sungguh menegangkan. Thrilly (thriller sekali), penuh konspirasi, gampang ditebak (tapi ternyata tebakannya salah), dan mengejutkan. Fakta-fakta yang ada di dalamnya berdasarkan hasil riset-nya Dan Brown, sama seperti DaVinci Code dan Angel&Demons (Digital Fortress belum baca).
Kisah dalam buku ini kental dengan suasana politik dan teknologi. Mengisahkan seorang analis intelijen bernama Rachel Sexton. Ia merupakan agen NRO (National Reconnaissance Office) yang bertugas menyingkat laporan intelijen untuk konsumsi Gedung Putih. Ia terperangkap dalam sebuah intrik politik. Kebetulan ayahnya, Senator Sedgewick Sexton, merupakan calon presiden Amerika yang akan bertarung di pemilihan presiden melawan presiden incumbent Zach Herney.
Di awal cerita, dikisahkan Senator Sexton sedang berada di posisi puncak “klasemen” dibandingkan dengan rivalnya. Ia menggunakan isu pemborosan dana negara yang dikucurkan Presiden Herney untuk NASA (lembaga antariksa nasional). NASA dinilai belum bisa menghasilkan sesuatu yang signifikan dibandingkan dengan jumlah dana yang diterimanya. Akibat serangan Sexton ini, kedudukan presiden dan lembaga tersebut pun terancam. Namun di tengah krisis yang sedang menghantam NASA tersebut, NASA menemukan sebuah penemuan yang akan memutarbalikkan posisi presiden mereka terhadap rivalnya, sekaligus mencengangkan dunia. Mereka menemukan sebuah meteorit di kutub utara. Bukan meteorit biasa. Namun sebuah meteorit dengan fosil makhluk hidup di dalamnya!
Itu artinya ada makhluk yang hidup di luar bumi. Jelas ini merupakan penemuan terbesar bagi NASA dan pukulan telak bagi Senator Sexton. Bagi Sexton, kedudukan presiden yang akan dicapai terancam menghilang. Namun bagi para penyumbang dananya, lebih gawat lagi. Sexton ternyata disokong dana kampanye yang sangat besar, bahkan melebihi undang-undang yang ada dan termasuk ilegal. Para penyumbang dana itu adalah perusahaan antariksa swasta. Mereka sangat menginginkan NASA di privatisasi sehingga swasta dapat masuk ke dalam bisnis luar angkasa. Jika Sexton menjadi presiden, imbalan yang akan mereka dapatkan adalah undang-undang privatisasi NASA.
Ironisnya di tengah kampanye Sexton yang penuh konspirasi, konspirasi yang lebih besar pun terjadi pada penemuan NASA tersebut. Meteorit itu ternyata palsu. Benda itu hanyalah batu fosil dari dasar laut. Dengan modifikasi tertentu, dibentuk seolah-olah seperti meteorit dan dengan teknologi canggih disusupkan ke dalam lapisan es di Milne Ice Shelf di Kutub Utara. Rachel Sexton, Michael Tolland, dan ilmuwan sipil lainnya menemukan fakta ini. Terjadilah kejar-kejaran ala James Bond antara mereka dan pasukan khusus Amerika Serikat, Delta Force.
Wah, klo udah dibuat filmnya, pasti rame deh. Trailernya sebenernya udah ada sih di sini.
Wah, klo udah dibuat filmnya, pasti rame deh. Trailernya sebenernya udah ada sih di sini.
Poin-poin yang sangat menarik dari kisah ini:
- Ternyata walaupun NASA termasuk lembaga yang boros, orang-orang yang ahli strategi di AS akan tetap mendukung monopoli ruang angkasa oleh lembaga ini. Karena jika NASA di privatisasi dan swasta mulai berperan, informasi-informasi intelijen terancam bocor dan perkembangan ilmu pengetahuan akan terhenti. Lebih baik mengeluarkan uang untuk promosi (beriklan) di luar angkasa daripada mengirim misi yang belum tentu berhasil kan?
- Keburukan-keburukan dunia politik terkuak dengan jelas di sini. Mungkin hal yang terjadi pada Senator Sexton terjadi pula di dunia nyata, bahkan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan menginvestasikan dana pada calon pemimpin pilihan mereka (calon kepala negara atau kepala daerah), lalu sebagai gantinya mereka meminta kebijakan yang akan memudahkan gerak-gerik mereka. Busuk banget kan??
Begitulah…
Rame banget pokonya baca buku ini. Tau kan klo imajinasi manusia lebih hebat dari film? Sebelum imajinasi kita dibunuh visualisasi dalam filmnya, lebih baik baca dulu bukunya!