G 30 S

Tampak jelas Pahlawan Revolusi
yang bernama Jenderal Ahmad Yani
telah gugur di kota Jakarta
atas kekejaman PKI

Sungguh kejam PKI itu
tujuh jenderal dibunuhnya
dimasukkan ke lubang buaya
tiada rasa keadilan

Lagu ini saya dengar pertama kali saat kelas 2 SD. Dulu, guru saya Bu Heni, yang menuliskan ini di papan kelas. Rasanya ini lagu yang tidak populer dinyanyikan yang langsung saya hapal saat itu juga. Karena lagu ini menurut saya sangat berhubungan dengan saya.

Saya lahir 22 tahun yang lalu. Di tanggal dimana salah satu peristiwa sejarah terjadi. Usaha mengganti Pancasila dengan ideologi komunis. Saat zaman orde baru, gerakan pemberontakan tanggal 30 September ini diklaim murni dilakukan Partai Komunis Indonesia. Namun setelah Soeharto tumbang, muncul berbagai macam spekulasi yang diantaranya menyatakan bahwa G 30 S ini adalah salah satu skenario asing untuk menurunkan Soekarno atau malah skenario Soeharto untuk naik jabatan, dan lain sebagainya. Sudah banyak opini-opini yang membahas kontroversi seputar kebenaran G 30 S.

Tapi yang tak dapat dipungkiri adalah kenyataan bahwa ada beberapa perwira TNI yang gugur saat peristiwa itu. Seperti lagu di atas, yang sering disebut-sebut adalah Jenderal Ahmad Yani. Karena diantara 9 perwira dan 1 opsir polisi yang gugur, beliaulah yang memiliki pangkat tertinggi. Jenderal Anumerta ( anumerta=kenaikan pangkat 1 tingkat karena pengorbanan yang tinggi demi negara).

My Inspiring Figure
Selalu diperingatinya peristiwa G 30 S, membuat saya penasaran terhadap sosok -sosok pahlawan yang gugur di peristiwa itu. Akhirnya sejak kecil saya pun menyukai sejarah. Jend. Ahmad Yani adalah salah satu tokoh favorit saya yang pertama.

Waktu SD saya pernah membeli komik seri pahlawan Indonesia. Ilustrasinya sangat bagus menurut saya. Sayang saat ini sepertinya tidak ada lagi komik-komik sejenis itu. Di komik yang saya beli itu ada kisah Ahmad Yani, Soedirman, Wolter Monginsidi, dan I Gusti Ngurah Rai.

Kisah Achmad Yani
A(c)hmad Yani lahir di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Juni 1922. Bakat memimpinnya sudah terlihat sejak kecil. Dulu saat anak-anak desa bermain perang-perangan, Yani sering diangkat jadi komandannya. Pernah juga ia berhasil menangkap seekor kerbau yang kabur. Hal ini juga menunjukkan keberaniannya yang sudah terpupuk sejak kecil.

Pendidikan formal Yani kebanyakan diselesaikan di kota Bogor. Mulai dari HIS (setingkat SD), MULO (setingkat SMP), hingga AMS (setingkat SMA). Lalu dilanjutkan pendidikan kemiliteran di dinas topografi militer di Malang (saat zaman pendudukan Belanda). Saat zaman pendudukan Jepang, Yani mengikuti pendidikan Heiho (tentara pembantu) di Magelang dan selanjutnya mengikuti pendidikan PETA (tentara Pembela Tanah Air) di Bogor. Para mantan tentara PETA ini nantinya akan menjadi tokoh-tokoh penting di TNI, salah satu contohnya adalah Jend. Soedirman dan Jend. Achmad Yani sendiri.

Prestasi Yani di medan tempur pun cukup gemilang. Diawali dari keberhasilannya menahan serangan Belanda saat agresi militer pertama di daerah Pingit. Kemudian saat agresi militer Belanda yang kedua, Yani dipercaya menjadi komandan Wehrkreise II yang meliputi wilayah Kedu. Wehrkreise ini adalah salah satu strategi pertahanan Indonesia yang meliputi satu wilayah keresidenan yang didalamnya terhimpun kekuatan militer, politik, ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan. Sering diartikan juga sebagai distrik militer. Wehrkreise sendiri artinya adalah lingkaran pertahanan. Strategi ini mengadopsi strategi Jerman pada Perang Dunia II. Wehrkreise disahkan penggunaannya oleh Jend. Soedirman melalui Surat Perintah Siasat No.1 pada November 1948.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Yani beberapa kali ditugaskan dalam operasi-operasi penting seperti penumpasan DI/TII di wilayah Jawa Tengah, operasi 17 Agustus untuk menumpas pemberontakan PRRI di Sumatera Barat, serta operasi pembebasan Irian Barat. Karena prestasinya ini karir Yani meningkat terus hingga akhirnya menjabat sebagi Menteri Panglima Angkatan Darat di tahun 1962.

Pahlawan Revolusi
Jend. Achmad Yani, Letjend. Suprapto, Letjend. S.Parman, Letjend. M.T. Haryono, Mayjend. Donald I. Panjaitan, Mayjend. Sutoyo S., Kol. Katamso, Letkol Sugiyono, Kapten Pierre A. Tendean, dan Brigadir Karel S. Tubun adalah nama-nama putra bangsa yang telah memberikan baktinya pada ibu pertiwi ini pada zamannya dan dengan caranya. Saat ini Indonesia juga sedang menghadapi berbagai macam revolusi (revolusi, menurut Encarta Dictionary artinya the overthrow of a ruler or political system, atau a dramatic change in ideas or practice ). Revolusi pendidikan, revolusi sosial, revolusi ekonomi, revolusi infrastruktur, revolusi teknologi, yang semua harus mengarah ke kondisi yang lebih baik.
Mari menjadi pahlawan revolusi dengan cara kita masing-masing.

Mengutip kata-kata Bob Foster,

“If you are a fish, just keep swimming. If you are a student, just keep learning.”

Monumen Pancasila Sakti, Jakarta

Sumber: pikiran sendiri, tokoh Indonesia, wikipedia


1 Comment on "G 30 S"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *