Sudah sebulan lebih saya ngga nulis apa-apa di blog ini. Sebenernya banyak sekali pengalaman yang ingin saya share di sini, terutama tentang kehidupan akademis dan non-akademis yang sedang saya jalani di Tokyo. Berhubung masih ada sisa-sisa libur weekend, saya sempatkan untuk berbagi pengalaman yang saya rasa cukup penting untuk dibaca…
Go Gatsu Sai (Festival Bulan Lima = Festival Mei = 五月祭) merupakan festival tahunan yang diadakan di Universitas Tokyo (Todai). Isinya seperti perpaduan antara Open House (OH) kampus, festival budaya/pasar seni, dan pameran-pameran. Acara besar ini terbuka untuk umum dan dalam dua hari ini kampus Todai di Hongo dan Yayoi dipenuhi pengunjung yang merupakan civitas akademika Todai dan masyarakat Tokyo. Acara ini boleh dibilang diselenggarakan dengan profesional oleh para mahasiswa undergraduate. Stand-stand dari organisasi mahasiswa internasional, klub-klub, bahkan stand dari pemerintah (pemadam kebakaran) ikut meramaikan acara. Yang menarik di sini adalah pengelolaan sampah yang mereka (panitia) lakukan. Tanggung jawab pengelolaan sampah selama acara berlangsung “didistribusikan” secara proporsional kepada semua peserta.
Simulasi gempa dan kebakaran dari Pemadam Kebakaran Tokyo unit Hongo (daerah tempat kampus Todai berada) |
Sebagai contoh, PPI Todai, sebagai salah satu peserta festival yang memiliki satu stand: “Soto Indonesia”, bertanggung jawab menjaga kebersihan dan memastikan pengelolaan sampah di area stand. Termasuk sampah-sampah yang berasal dari pengunjung. Sejak awal kami harus memisahkan sampah menjadi beberapa kategori: plastik, kertas dan bahan-bahan terbakar, hashi (sumpit), dan sampah dapur. Sampah yang ada benar-benar harus dipisahkan berdasarkan kategori tersebut. Saya ulangi lagi: Sampah yang ada benar-benar harus dipisahkan berdasarkan kategori tersebut.
Stand PPI Todai di pagi hari (masih siap-siap sebelum kebanjiran pengunjung :D) |
Tibalah saat pengumpulan sampah. Semua peserta wajib mengantarkan sampah yang telah dipisahkan ke pusat penampungan sementara. Di sana panitia akan mengecek tiap kantong sampah, apakah ada bahan yang tercampur atau tidak (misal: apakah ada sumpit yang nyelip di plastik). Pengecekan ini sangat ketat. Tiap kantong sampah yang datang diubek-ubek oleh panitia untuk menemukan benda yang tidak semestinya berada di sana. Kalau ketahuan, si pembawa diwajibkan memisahkan di tempat. Terbayang kan, jika kita mencampur sumpit + mangkuk plastik? Kita harus memisahkannya satu per satu. Kami sendiri mengalami kejadian itu. Kantung sampah untuk kategori plastik yang kami bawa diperiksa oleh salah seorang panitia. Orang yang memeriksa ini pun ternyata merupakan “sumbangan” dari setiap stand yang ada, alias perwakilan yang “wajib” membantu panitia inti. Daaan…akhirnya ditemukan satu buah tusuk gigi dan satu batang sumpit terselip di kantong untuk kategori plastik milik kami.
Sudah bisa membayangkan sekarang pengecekan seperti apa yang dilakukan?
Sampah stand kami (yang di kantong plastik loh! Bukan semua objek dalam gambar. hehe). Ngantri nih buang sampahnya… |
Pusat penampungan sampah |
Panitia yang ngecek sampah |
Mba-mba yang berhasil menemukan 1 tusuk gigi dan sumpit, selamat Mba! |
Pengecekan sampah 1 |
Pengecekan sampah 2 |
Pengecekan sampah 3 |
Pengecekan sampah 4 |
Pemilahan sampah yang tercampur |
Kemudian sampah yang sudah lolos screening ditempatkan di tempat-tempat yang sudah disediakan. Tempat penampungannya sangat luas. Di hari biasa tempat tersebut merupakan halaman depan CO-OP (koperasi/ toko universitas dan bangunan ATM). Kalau di ITB mungkin seperti wilayah di depan koperasi depang kampus atau lapangan CC. Jangan membayangkan tempat penampungan itu seperti TPS=TPS di Indonesia. Sungguh jauh berbeda kondisinya. Beberapa kategori sampah (kertas dan plastik), langsung ditempatkan di bak truk sampah. Jadi nanti, truk tinggal mengambil baknya dan dibawa pergi.
Peta penampungan sampah |
Menempatkan sampah yang sudah lolos screening |
Tempat penampungan sampah. Di hari-hari biasa, tempat ini dipake buat nongkrong 🙂 |
Bak sampah |
Untuk menjaga agar pengelolaan sampah ini tetap menjadi tanggung jawab semua yang terlibat dalam acara, tempat-tempat sampah kampus disegel. Jadi pengunjung hanya bisa menaruh sampah di tempat sampah tiap stand dan stand-stand yang ada bertanggung jawab memilah serta mengantarkan hingga tempat pembuangan.
Ii desune! Bagus kan?
Tempat sampah kampus yang disegel |
Saya rasa sistem ini bisa diterapkan di acara-acara kampus yang sering digelar di Indonesia. beberapa acara kampus yang saya tahu pernah menerapkan sistem kontrol seperti bayar uang muka. Dimana peserta yang berkontribusi dalam acara perlu menyerahkan uang deposit kepada panitia sebagai uang jaminan kebersihan. Jika tempatnya nanti kotor setelah acara, maka uang tersebut menjadi uang kompensasi kebersihan. Namun saya rasa cara ini belum cukup. Kalau stand tersebut ternyata “kaya raya” dan merasa ngga worthed membersihkan tumpukan sampah yang begitu banyak, kan lebih baik bayar saja.
Tantangan lainnya datang dari pengunjung. Tanggung jawab pengunjung untuk menjaga kebersihan tidak bisa kita prediksi. Oleh karena itu, jika sistem Go Gatsu Sai diterapkan di acara kampus di Indonesia, sepertinya masih perlu PJ (penanggung jawab) peluit. Pengunjung yang nakal (buang sampah sembarangan) dipeluitin biar malu. Hehehe.
Jika dilihat dari sisi pengelola stand, diperlukan PJ pemilah sampah untuk tiap stand. Seperti kami (PPI Todai), selama acara berlangsung ada PJ sampah yang bertugas memisahkan sampah jika ada pengunjung yang salah menaruh sampah atau kantong sampah sudah penuh sehingga harus dganti. PJ sampah ini benar-benar standby dekat kantung-kantung sampah sepanjang hari (tentunya dibagi per shift jaga). Ibaratnya kami “menjemput bola”, daripada memisahkan sendiri di akhir sebelum dikumpulkan ke panitia atau malah dipilah di tempat penampungan. Dengan demikian, kebersihan tetap terjaga dan semua peserta festival merasa memiliki acara karena ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan dari hulu sampai hilir.
Tidak perlu kampanye mahasiswa Teknik Lingkungan untuk bisa mengajarkan rasa tanggung jawab dalam menjaga kebersihan. Karena pada dasarnya setiap manusia cinta kebersihan. Hanya perlu membuat sistem yang adil dimana rasa tanggung jawab itu bisa terdistribusi merata. Tidak dibebankan hanya ke petugas kebersihan atau panitia saja.
Kebersihan sebagian dari iman 🙂
Ghani, M.A.H.
PPI Todai 2012
M1 Geotechnical Engineering
The University of Tokyo
PPI Todai 2012
M1 Geotechnical Engineering
The University of Tokyo