Membangun mimpi.
Kapan terakhir kali kamu (saya) bermimpi? Bermimpi dengan sengaja. Mungkin seiring bertambahnya usia, bertambahnya kegiatan, bertambahnya kesibukan (atau bisa dibilang: hilangnya prioritas waktu untuk hal non-kesibukan), tanpa disadari kita berhenti bermimpi. Atau, takut bermimpi?
Saat saya membaca-baca tulisan saya 10 tahunan yang lalu, saya terkagum-kagum sendiri, sekaligus tersentil. Saat itu saya terlihat bersemangat sekali mengejar cita-cita seperti melanjutkan sekolah lagi dan lain-lain. Memang niat saya ngeblog akhirnya tercapai juga. Saya ingin tulisan saya di masa lalu menjadi pengingat sekaligus menjadi benchmark sejauh mana saya bertumbuh: mudah-mudahan tumbuh positif, bukan negatif. Dan setelah baca-baca tulisan saya dulu, saya merasa diingatkan kembali. Terima kasih Ghani 10 tahun yang lalu.
Bermimpi itu saya maknai sebagai berdoa. Bagi saya, mimpi memiliki konotasi yang positif, dimana kita berharap sesuatu yang baik akan datang kepada kita atau yang kita impikan. Dan Tuhan pun meminta kita untuk berdoa, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku kabulkan.”
Saya pernah menulis artikel di blog ini tentang excitement saya berkecimpung atau bahasa Jerman nya ilubiung di pekerjaan pembangunan infrastruktur bawah tanah, yang pernah saya mimpikan saat mahasiswa dulu. Mungkinkah itu misi hidup saya? Wallahualam. Namun, saya merasa masih ada yang perlu saya impikan. Dan saya butuh dengan sengaja bermimpi tentang itu. Kita semua bermimpi (berdoa) untuk masuk surga. Tapi jangan lupa di dunia juga ada surga: baiti jannati. Dan ia layak diimpikan.
Selama Ramadan 1442 H yang lalu, saya mengalami pengalaman yang menyenangkan untuk bisa bermimpi lagi di dua masjid besar di Jakarta. Saya menyengajakan diri untuk mengunjungi Masjid Istiqlal beberapa kali. Di sana, saya melihat satu, dua, tiga, dan banyak keluarga yang bersama-sama ke masjid. Lalu ada yang berfoto bersama selepas salat tarawih. Saya merekam kepingan-kepingan frame tersebut untuk saya jadikan memori versi saya di mana suatu saat nanti saya akan berada di kondisi serupa bersama keluarga saya yang soleh dan solehah. Aamiin.
Scene ibu-ibu ngajak balitanya ke Masjid Istiqlal ini “menyentuh” saya. Semoga tumbuh jadi wanita solehah ya De.
Pun di Masjid Agung Al-Azhar. Untuk masjid ini saya memiliki ketertarikan karena Buya Hamka yang karya-karyanya pernah saya baca (sepertinya mulai baca karya Hamka itu sejak diberi tugas baca di SMP). Buku beliau terakhir yang saya baca adalah “Tasawuf Modern: Bahagia itu dekat dengan kita, ada di dalam diri kita.” Saya tidak menyangka akan sedekat ini dengan tempat di mana dulu beliau beraktifitas dakwah. Tempat pertama kali saya tinggal di Jakarta, di daerah Hang Lekiu, sangat dekat dengan masjid ini, tanpa saya sadari. Ramadan kemarin pun, saya mengunjungi Al-Azhar beberapa kali. Dan “dreambuilding” yang sama, saya lakukan di sini. Saya membayangkan suatu saat nanti saya dan keluarga akan sering ke masjid ini. Aamiin ya mujibassaailiin.
Iman, Islam, Ihsan. Semoga hati kita tidak sekedar hati, melainkan sebuah hati nurani. Yang disiram cahaya. Al Azhar
Begitulah saya harap Masjid Istiqlal dan Masjid Agung Al-Azhar menjadi saksi aktif dalam doa dan mimpi saya. Mengapa saksi aktif, bukan saksi bisu? Semua yang ada di bumi dan langit itu adalah ciptaan Allah yang bertasbih dengan caranya masing-masing. Ada suatu riwayat dimana Rasulullah SAW pernah diminta mendoakan nenek tua. Sang nenek tiba-tiba mendengar banyak suara padahal di ruangan itu hanya ada mereka berdua. Ternyata suara itu berasal dari dinding-dinding yang mengamini doa Rasulullah SAW.
Eh, kebetulan banget nih playlist yang saya puter munculin lagunya Teh Maudy Ayunda: Kejar Mimpi. Pesannya mirip: berani bermimpi, dan sebagainya…
Ini cuplikan liriknya:
Terkadang kita lupa
Dunia ini tak akan selamanya
Menunggu kita
Menaklukan ragu beranikan diri
Kan kukejar mimpi
Dan kuterbang tinggi
Tak ada kata tidak ku pasti bisa
Kan kucoba lagi
Ditemani pagi
Tak ada yang tak mungkin
Ku pasti bisa
Terkadang kita lupa
Dunia ini tak akan selamanya
Menunggu kita
Menaklukan ragu beranikan diri
Nuhun Teh Maudy, semoga lancar kuliahnya di Stanford 😊
Argo Parahyangan GMR-BD, 29 Mei 2021
Permalink