Saat hati belum bisa merasakan ke-Maha-an Nya

Saat hati belum bisa merasakan ke-Maha-an Nya (Maha Besar, Maha Pemelihara; dan nama-nama Allah swt yang lain), gunakanlah panca indera untuk menstimulusnya.

Ada saatnya hati ini susah luluh untuk merasakan betapa kecilnya kita dan betapa kita membutuhkan pertolongan-Nya.

Kerasnya hati bisa karena banyaknya kesalahan yang kita perbuat atau karena lalainya kita dalam beribadah. Jika sudah tenggelam dalam rutinitas tersebut, biasanya momentum untuk “kembali” menjadi lebih sulit.

Jangan sampai kita diingatkan dengan cara “dijatuhkan” oleh Allah SWT untuk memahami makna Allahu Akbar. Upayakan agar kita bisa selalu kembali (bertaubat) setiap saat.

Kadang kita perlu stimulus untuk merasakan ke-Maha-an Allah swt. Bisa dengan mendengarkan ayat-ayat Al Quran, atau dengan melihat contoh /ciptaan Allah di sekeliling kita.

Bagi saya, ada sebuah tempat yang sangat bermakna yang bisa memberikan stimulus ke dalam hati saya. Tempat itu adalah Masjid Istiqlal. Saya tidak pernah menyangka akan berada sedekat ini dengan masjid yang dulu hanya bisa saya lihat lewat televisi. Salat di Masjid Istiqlal, dengan kemegahan fisiknya dan auranya, menjadi salah satu perantara saya untuk mengalami momentum “kembali.” Lewat penglihatan, pendengaran, dan reseptor diri, saya merasakan keagungan Allah di tempat ini.

Bahkan saat saya menuju ke ruang utama masjid dan saat saya mendengar shalawat sebelum adzan*, saya merasakan getaran yang membuat hati ini luluh yang biasanya diiringi dengan air mata. Mungkin perasaan ini pula yang dirasakan orang-orang saat memasuki Masjidil Haram atau Masjid Nabawi ya. Mudah-mudahan saya bisa diundang segera ke sana.

Salat di Masjid Istiqlal insya Allah menjadi salah satu alat efektif bagi saya untuk mengingat kebesaran Sang Pencipta. Alhamdulillah Allah SWT telah menakdirkan saya bekerja di tempat yang cukup dekat dengan masjid ini.

*) Akhirnya saya cari tahu tentang shalawat ini. Namanya shalawat Tarhim, yang liriknya disusun oleh ulama Mesir. Banyak orang juga bergetar mendengar pujian dan penghormatan bagi Rasulullah ini. Di kesempatan lain saya sempat merekam Tarhim dari Masjid Istiqlal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *