Random Visit to Dufan

"Bianglala" Dufan

Buat anak-anak Indonesia, atau setidaknya generasi saya, Dunia Fantasi (Dufan) di komplek Taman Impian Jaya Ancol sepertinya menjadi seperti ultimate destination-nya taman bermain di Indonesia. Saat saya SD dan SMP, Dufan menjadi salah satu tujuan karya wisata di penghujung tahun ajaran. Seingat saya pengalaman pertama saya ke Dufan adalah saat duduk di kelas 3 SD (mungkin). Saat itu Ua saya mengajak saya dan dua sepupu saya. Saat itu pun adalah kali pertamanya saya menginjak Jakarta.

Karena lokasinya di Jakarta (jauh dari Bandung), buat saya bermain ke Dufan merupakan kesempatan yang langka. Tapi saya bersyukur banget pernah main ke sini dan merasakan roller coaster. Saat saya di Jepang, kami pernah main ke Fuji-Q Highland dan ada teman saya dari Uganda yang belum pernah merasakan naik roller coaster, karena di sana tidak ada taman bermain sekelas Dufan. Cukup bangga juga saya sebagai orang Indonesia, karena kita punya roller coaster, hehe. FYI, video kami waktu jalan-jalan ke Fuji-Q ada di sini: https://youtu.be/GXV2-pLkuLo

Sejak kembali ke Indonesia dan tinggal di Jakarta, saya pernah ke Dufan lagi dengan mengajak keluarga besar saya. Lumayan juga ya tiket satu orangnya. Haha. Nah, bulan November kemarin tiba-tiba saya melihat promo Annual Pass Dufan yang didiskon dari harga 800-an ribu menjadi 300 ribuan. Waw, good deal. Langsung saya beli deh. Akhirnya saya pun nge-Dufan lagi pakai Annual Pass.

Kenapa beli Annual Pass Dufan itu worth it? Sependek pengalaman saya tinggal di Jakarta, tidak banyak tempat wisata di sini yang “cukup alami”. Tiap weekend kebanyakan orang Jakarta berusaha untuk detox dan healing dari penatnya rutinitas harian dengan mencari tujuan wisata yang “hijau-hijau”. Kalau tidak ke daerah Bogor/Puncak, ke Bandung menjadi pilihan. Tapi perjalanannya juga cukup jauh. Saya merasa Ancol ini, termasuk Dufan sudah cukup untuk short escape sekedar untuk meikmati deburan ombak (sebenernya ombak di Ancol juga kecil sih, hehe) atau angin laut dan menikmati daerah rimbun. Khususnya Dufan, yah, tempat ini bisa jadi pilihan untuk bercengkrama bersama keluarga atau berteriak mengeluarkan uneg-uneg yang ada.

Menuju Dufan

Selama ini setiap saya ke Ancol, saya menggunakan taksi online atau taksi konvensional. Harganya cukup mahal. Namun, minggu lalu saya coba ke sana menggunakan Transjakarta (TJ). Ya, di Ancol ada halte Transjakarta. Cukup praktis. Dengan biaya 3500 rupiah, saya menuju Ancol dari daerah Sudirman dengan dua kali ganti bus. Yang pertama, saya naik TJ No. 1 jurusan Blok M – Kota, lalu transit di Halte Monas dan pindah ke bus No. 2 ke arah Pulogadung. Setelah naik bus No. 2 ini kita perlu transit lagi di Halte Senen Central, dan pindah ke bus No. 5 langsung menuju Ancol.

Halte Transjakarta (TJ) Karet-Sudirman
Rute bus TJ menuju Ancol (dari apps Traffi)

Saat transit di Halte Senen Central, saya terkesima melihat hasil upgrade halte tersebut. Ada skybridge yang nyaman dan modern yang menghubungkan Halte Senen dari satu sisi Jl. Letjen Suprapto ke sisi Jl. Pasar Senen. Nice! Sepertinya skybridge yang serupa perlu juga dibangun di Halte Semanggi – Bendungan Hilir.

Senen Central Skybridge
Skybridge (jembatan transit) di Halte Senen Central
Skybridge Halte Senen Central
Di dalam Skybridge Halte Senen Central

Dengan total perjalanan selama 1 jam dari daerah Sudirman, akhirnya saya sampai ke Halte Ancol. Saya sangat menikmati perjalanan menggunakan TJ ini. Supply bus nya juga banyak. Kita tidak perlu khawatir mengalami waktu tunggu (headway) yang lama. Memang, meskipun posisi bus-bus TJ sudah menggunakan real time (yang bisa kita akses melalui apps Traffi), prediksi durasi di jalan kadang tidak akurat karena berbagai macam hambatan (lampu merah, macet, atau hal lain). Juga saat bus-bus TJ ini tiba di Halte Central seperti Harmoni, biasanya akan terjadi antrean. Sehingga kita akan mengalami delay untuk transit. Tapi sebagai public transport enthusiast, saya yakin bus TJ, MRT, LRT, kereta komuter, atau sistem transportasi publik di kota-kota lain adalah masa depan kita. Meskipun saat ini banyak taksi online yang memudahkan pergerakan kita, itu hanyalah solusi sementara. Tujuan akhir kita, kita harus punya transportasi publik yang handal. Mau bagaimanapun, transportasi adalah kebutuhan turunan. Bukan kebutuhan primer kita.

Halte TJ Ancol
Gerbang Masuk Taman Impian Jaya Ancol dilihat dari Halte TJ Ancol
Peta Kawasan Taman Impian Jaya Ancol

Dufan, Desember 2021

Saat saya terkahir kali ke Dufan di tahun 2019, saat itu memang sedang ada renovasi wahana pembuatan area baru bernama Dunia Kartun. Nah, area ini sekarang sudah jadi. Pintu gerbang Dufan pun dipindah ke lokasi baru yang jadinya lebih jauh dari Halte TJ Ancol. Untuk saya, tidak masalah jalan. Tapi sebaiknya kereta wisata yang menghubungkan Halte TJ dan tempat-tempat wisata di Ancol seharusnya bisa stand by beroperasi untuk memudahkan pengunjung yang menggunakan TJ.

Gerbang Dufan yang baru

Oia, untuk masuk ke Ancol, kita harus bayar tiket terpisah sebesar 25 ribu. Kita perlu beli tiket ini H-1 di website nya Ancol. Dan untuk pemegang Annual Pass, perlu juga registrasi untuk kunjungan maksimal H-1 (sehari sebelumnya).

Setelah masuk ke Dufan, saya langsung cari musholla untuk Salat Duhur. Maklum, saya datang kesiangan. Dan, karena sudah punya Annual Pass, saya cukup santuy dan ngga terburu-buru untuk ngantri wahana. Hari itu saya hanya naik satu wahana. Haha. Dan untungnya menurut saya itu wahana yang paling top dari sisi menstimulus adrenalin. Namanya, “Baling-Baling”. Wahana itu ada di area Dunia Kartun dan menurut saya, satu-satunya wahana di area tersebut yang hanya bisa untuk orang dewasa.

Area “Dunia Kartun” Dufan

Setelah berteriak-teriak di Baling-Baling, saya jalan-jalan mengitari area di dalam Dufan. Saat saya melalui berbagai wahana yang saya anggap dahulu sepertinya menakutkan, bagi saya saat itu seperti biasa-biasa saja. Wahana Halilintar (roller coaster) misalnya, seperti terlihat lebih pendek. Mungkin karena saya yang sudah tumbuh tinggi. Hehe. Tapi saya melihat wahana baru namanya “Kereta Misteri.” Sepertinya lokasi ini dulunya adalah Teater Monyet. Dari fitur yang digambarkan, wahana ini mirip-mirip Indiana Jones di Tokyo DisneySea, di mana pengunjung naik kereta dan kereta itu jalan mengikuti sebuah alur cerita dengan banyak pergerakan-pergerakan heboh dan mengagetkan. Mungkin ya. Tapi, wahana itu akan jadi next list saya ke Dufan.

Wahana “Kereta Misteri”

Untuk peta Dufan terbaru, setidaknya sampai Desember 2021, bisa lihat jepretan-jepretan saya di bawah ini.

Peta Dufan
Peta Dufan

Final Verdict

Dufan masih menjadi taman bermain yang cukup menyenangkan untuk dikunjungi. Memang sih, masih perlu antri panjang untuk naik wahana. Jadi kalau kita hanya beli satu tiket, perlu diam di sana hingga tutup kalau tidak mau rugi. Mungkin itu alasannya manajemen Dufan mengeluarkan Annual Pass sebagai opsi lain untuk mengunjungi Dufan.

“Bianglala” Dufan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *