Senyam-senyum saat (baca) Resign!

Ini buku fiksi ke-4 yang saya baca tahun ini setelah Le Petit Prince, Ancika, dan 5 Titik 1 Koma. Saya sebetulnya sudah pernah lihat buku ini saat jalan-jalan ke Gramedia sekitaran awal tahun ini. Saat itu saya sempat freeze gara-gara lihat nama pengarangnya. Sepertinya saya pernah dengar namanya entah di mana. Di pertengahan tahun ini, sekitar Agustus, saya sempat mau beli buku fisiknya, tapi ngga jadi, karena masih banyak buku yang lagi waiting list buat dibaca. Saya iseng-iseng googling, ternyata penulisnya anak sipil 2008, 2 tahun di bawah saya. Akhirnya November yang lalu saya coba subscribe Gramedia digital dan download novel versi digitalnya.

Sedikit nge review tentang Gramedia digital, awalnya saya agak ragu worth-kah subscribe buku digital? Karena nantinya kalau sudah tidak berlangganan, buku-buku yang kita baca tidak dapat diakses lagi. Tapi setelah dipikir-pikir, tumpukan buku saya pun sudah banyak dan ngga sesering itu saya baca-baca lagi. Kalaupun ada yang penting dan saya masih bisa menulis reviewnya. Terlebih saat itu Gramedia sedang memberikan promo 50% untuk subscribe per tahun. Akhirnya saya memutuskan untuk beli langganannya. Dan, biar ngga rugi, minimal saya harus baca 6-8 buku dalam. setahun ini.

Seorang storm trooper yang sepertinya mau ikutan Resign!

Balik lagi ke novel Resign! nya Almira, buku ini sukses menghibur saya. Dari sekedar senyum-senyum sendiri sampai ngakak (sendiri juga). Gaya penulisannya ngalir banget. Kerasa banget vibe keseharian karyawan, atau bisa dibilang konsultan, yang berkutat di gedung-gedung tinggi ibukota.

Saat awal-awal pindah ke proyek di Jakarta, pernah temen sekantor becanda gimana rasanya jadi mba-mba SCBD, kerja di gedung-gedung tinggi, bawa kopi tiap pagi, nge tap ID card yang tergantung di lanyard, dan pastinya berpakaian modis. Agaknya, saya bakal ngerekomenin novel ini ke temen saya itu. Biar bisa merasakan kerja seperti itu. Hehe. Maklum, karena kami ditugaskan di site office, suasananya agak beda. Saya sendiri cuman ngerasain suasana kerja di kantoran (gedung tinggi, etc.) itu saat transisi antar proyek. Ada plus minusnya sih. Di site office enaknya, klo mau jajan, jaraknya deket. Haha.

Saya baru tau ada genre “Metropop” di novel terbitan Gramedia ini, dan “Resign!” termasuk ke dalamnya. Genre ini mungkin dikhususkan untuk cerita-cerita urban dan mengisahkan kehidupan sehari-hari yang lebih realistis.

Meskipun penulisnya sendiri sudah memastikan kalau cerita ini full fiksi, kisah-kisah seru dan interaksi antar tokohnya memberikan clue bagaimana caranya menghidupkan suasana kantor dan pertemanan. Intinya sih perlu humor. Tapi kalau ada yang terinspirasi untuk menjadi tokoh Tigran & Andre (orang yang super pinter) boleh juga sih. Kalau mau niru sisi kegantengan dan kekayaannya, yah, mungkin banyak faktor-x nya.

Kayanya saya ngga bisa untuk nge review detail, biar engga jadi spoiler. Tapi hanya mau kasih kesan umum tentang novelnya seperti yang udah saya tulis di atas. Oia, banyak juga quotes-quotes lucu yang diselipkan di awal tiap bab. Tapi buat saya yang cukup mengena dan berkesan justru komentar di ucapan “Terima Kasih” nya,”…tidak sedikit yang sudah resign ternyata tidak juga puas dengan tempat kerja yang baru, walaupun tentu banyak juga yang merasa lega karena sudah mengambil keputusan yang tepat. Ingat, sebagian rumput tetangga yang lebih hijau mungkin hanya karena pencahayaannya lagi bagus.” 😁

Sangat kreatif dan menghibur! Well done Almira!

…tidak sedikit yang sudah resign ternyata tidak juga puas dengan tempat kerja yang baru, walaupun tentu banyak juga yang merasa lega karena sudah mengambil keputusan yang tepat. Ingat, sebagian rumput tetangga yang lebih hijau mungkin hanya karena pencahayaannya lagi bagus.

Resign! (Almira Bastari)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *