Masih berhubungan dengan tulisan saya di Mengenal Muhammad ini, saya ingin bercerita tentang pengalaman saya setelah membaca buku Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW yang ditulis oleh Martin Lings. Mungkin saya sudah berkali-kali membaca ataupun mendengar tentang kisah hidup Rasulullah, dalam bentuk potongan-potongan maupun kisah keseluruhan hidupnya dari sebuah buku atau sumber lain, namun kisah yang saya baca dari buku Martin Lings ini memberikan banyak wawasan dan rasa yang baru. Saya sangat setuju dengan predikat biografi-Nabi terbaik yang disematkan pada buku ini. Sebagai info, penghargaan tersebut diputuskan di konferensi Sirah Nasional di Islamabad pada tahun 1983. Buku yang pertama kali terbit di Inggris ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis, Italia, Spanyol, Turki, Belanda, Tamil, Arab, Jerman, Urdu, dan Indonesia.
Apa yang beda dari buku ini? Saya merasakan banyak cerita-cerita “kecil” dari kehidupan Nabi yang ditulis di sini. Tentunya semua sumber ini insya Allah valid. Buku ini didasarkan pada sumber-sumber berbahasa Arab dari abad ke-8 dan ke-9. Potongan-potongan kisah tersebut, belum pernah saya dengar dari sumber lain sebelumnya. Cara Martin Lings menceritakan kisah hidup Nabi ini pun sangat menarik. Mungkin karena diceritakan sealami mungkin dari reportase kata-kata yang mendengar langsung Nabi Muhammad bercerita. Sehingga kisah hidup Rasulullah itu diceritakan dengan sangat realistis dan penuh hikmah. Kali ini saya tidak membaca 100% dari awal sampai akhir. Namun saya hanya mencari episode-episode dalam hidup Rasulullah yang menarik bagi saya dalam kondisi serupa. Kurang lebih saya sudah tahu time line yang dialami selama masa hidup beliau. Dengan buku Martin lings ini saya ingin mencoba menggali lagi kisah-kisah baginda Nabi yang bisa dijadikan pelajaran. Dan saya mendapatkan itu dari buku ini.
Kenapa saya ingin tahu lebih banyak lagi cerita-cerita tentang Nabi Muhammad? Beliau adalah manusia yang sama seperti kita yang pernah mengalami hidup dalam penderitaan. Beliau menunjukkan kepada kita bagaimana cara menjalani hidup ini. Dan ujian-ujian yang beliau alami, meskipun derajatnya jauh lebih sulit, akan dialami (atau sudah dialami) juga oleh kita. Cara Rasulullah dalam menghandle segala situasi itulah yang perlu saya (dan kita) pelajari. Beberapa informasi yang saya dapat, saya highlight dan ingin saya share di sini.
- Rasulullah itu tegap, tampan, dan awet muda. Ada suatu riwayat dimana Rasulullah disebutkan nampak seperti berusia setengah dari usianya yang saat itu sudah berumur 53 tahun. Rambutnya hitam lebat, kedua matanya tajam. Rasulullah juga dideskripsikan sebagai lelaki yang tampan dan berpenampilan menarik. Hikmah yang bisa diambil dari sini adalah, usia “tua” adalah perkara relatif dan tergantung persepsi. Tidak jarang ada orang yang berkata, “Saya sih sudah tua jadi tidak kuat xxx”, dan contoh-contoh excuse lainnya. Ternyata Rasulullah sendiri menyontohkan dengan usia yang sudah setengah abad, beliau masih kuat dan bersemangat untuk berjuang mengemban tugas/misi hidup nya. Dengan mengikuti cara-cara hidup Rasulullah (makan jika lapar & berhenti sebelum kenyang, serta sunnah-sunnah yang lain) insya Allah kita bisa tetap bugar dan terus produktif berkarya. Diriwayatkan pula, rambut putih (uban) nya tidak sampai 20 helai. Saya kenal seseorang yang pernah melakukan diet keto, efeknya uban-ubannya hilang (rambut menghitam) dan merasa lebih berenergi. Mungkin pola hidup sehat Rasulullah pun membuatnya jadi penuh energi. Buat saya sendiri, ini jadi pengingat untuk memacu diri saya untuk tetap menjadi manusia pembelajar, menjadi. manusia bugar, dan tidak pernah lagi menyebut diri sendiri tua. Kita semua masih muda. Bahkan Rasulullah pun baru memulai misi hidupnya di usia ke-40. Mumpung saya masih 30-an, ini saatnya mengupgrade diri dengan olahraga dan belajar skill-skill yang baru.
- Nabi mengalami hidup yang penuh cobaan dan tetap bersabar dalam menjalaninya. Bayangkan seseorang yang sudah yatim-piatu sejak kecil, lalu diasuh oleh kakeknya, kakeknya pun tak lama meninggal, lalu diasuh oleh seorang paman, yang kelak akan meninggalkannya pula di tengah-tengah kondisi dimusuhi oleh kaumnya sendiri gara-gara menyampaikan kebenaran dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Lalu pernah pula lelaki tersebut dilempari batu oleh anak-anak kecil dan wanita-wanita di Thaif. Namun yang dikhawatirkannya adalah apakah Tuhannya marah & tidak rida kepadanya. Juga ia merasakan kesedihan ditinggalkan oleh istrinya yang setia mendampingi dan menjadi penyemangat perjuangannya. Apakah penderitaan tersebut membuat Nabi Muhammad melemah? Penderitaan yang datang bertubi-tubi dan kesabaran untuk menghadapinya ini adalah contoh yang diperlihatkan Rasulullah kepada kita agar kita pun tidak gampang menyerah, remuk, hancur, saat diterpa berbagai cobaan yang dikehendaki Allah SWT. Semua peristiwa itu terjadi kepada Rasul dan kita (dalam berbagi bentuk) untuk menempa kita dan memastikan kita tumbuh kuat untuk dapat menyelesaikan misi hidup kita menjadi pemakmur bumi, menjadi kontributor di bidang yang kita kuasai.
- Nabi Muhammad itu penyayang. Diceritakan saat Nabi menikahi Aisyah yang masih berusia 9 tahun, karena perintah Allah yang ditunjukkan oleh malaikat Jibril, Nabi Muhammad sering mendampingi Aisyah bermain dengan teman-temannya. Memang setelah pernikahan tersebut, tidak ada yang berubah dengan kehidupan Aisyah. Aisyah masih tetap bermain, hanya kali ini ia bermain di rumahnya sendiri. Bukan rumah orang tuanya. Teman-temannya pun datang berkunjung untuk bermain. Pernah suatu ketika Aisyah bermain boneka-bonekaan dengan teman-temannya, lalu Nabi masuk ke dalam rumah sehingga teman-temannya buru-buru keluar. Nabi menyusul mereka keluar dan menyuruh masuk lagi untuk melanjutkan permainan.
- Nabi Muhammad itu ramah dan berperangai baik kepada istri-istrinya. Pernah suatu ketika Umar mengunjungi Nabi karena mendengar istri-istri Rasulullah bertindak “tegas” kepada suaminya dan saat itu tengah membujuk-bujuk Rasulullah untuk diberi berbagai macam pakaian. Saat Umar datang, tiba-tiba istri-istri Rasul diam dan bersembunyi. Rasulullah hanya tertawa melihatnya. Umar heran mengapa mereka takut kepadanya tapi tidak kepada Rasulullah. Saat itu, istri yang memiliki sikap “tegas”, berani berkata/mendebat, meminta, dan membujuk, dan tidak takut kepada suami, dianggap sebagai istri yang berperangai buruk. Namun istri Rasul berkata bahwa tentu saja mereka takut kepada Umar karena dia lebih keras dan lebih kasar daripada Rasulullah. Nabi juga diriwayatkan sebagai orang yang sangat peka dan perasa, lembut dan murah hati.
- Hikmah dari adanya istri-istri Nabi. Bismillah. Ini adalah interpretasi saya setelah membaca kisah-kisah hidup Rasulullah lagi dengan isi yang cukup lengkap. Apakah ada yang pernah berpikir mengapa Allah menakdirkan banyak istri bagi Nabi? Setiap istri Nabi memiliki kelebihan yang perlu “didokumentasikan” sehingga bisa dijadikan role model bagi wanita lain. Pun, saat terjadi masalah dalam rumah tangga, Allah memberikan petunjuk untuk menghadapinya seperti di dalam Al-Quran surat At – Tahrim 3-4. Dengan adanya referensi dari sifat-sifat istri Nabi, para muslimah bisa memilki contoh dan bisa memilih apakah. mau menjadi wanita yang setia dan tegar mendukung tugas suaminya seperti Khadijah. Atau mau menjadi wanita yang pintar, bersemangat untuk terus belajar dan menuntut ilmu seperti Aisyah, yang daya ingatnya juga kuat dan banyak meriwayatkan hadis. Atau menjadi istri yang humoris yang menyenangkan suami dan keluarganya seperti Saudah. Atau juga bisa menjadi wanita yang gemar bersedekah seperti Zaynab. Wallahualam.
- Saya lihat sebuah postingan di ig “bapak2id” 5 hari yang lalu. Isinya seperti ini, “kadang-kadang adik sudah memaafkan tapi udah males mau berurusan sama orang yang udah menyakiti. Itu normal kok.” Rasulullah pernah menerima Wahsyi saat akhirnya dia masuk Islam setelah perang Tabuk. Wahsyi adalah budak yang menombak Paman Rasulullah, Hamzah, saat Perang Uhud. Saat mendengar bagaimana cerita Wahsyi memperlakukan pamannya. Rasul berkata,” Celaka, pergilah engkau dariku, jangan sampai aku melihatmu lagi!” Rasulullah pun ternyata sama. Sebagai manusia ia bisa merasakan perasaan tersakiti seperti itu dan memilih untuk tidak mau menerima Wahsyi lagi.
Begitulah beberapa poin yang menempel di ingatan saya saat berusaha kembali menyelami kisah hidup Rasulullah. Jalaludin Rumi pernah berkata, “Jalan hidup umat nya Nabi Muhammad adalah dengan menghadapi penderitaan.” Namun kita tidak perlu khawatir selama menjadikan Al-Quran sebagai The True North kita dan juga langsung mengikuti contoh yang diperlihatkan Rasulullah dalam hidupnya.
Membaca sirah atau kisah hidup Rasulullah ini bisa dijadikan sebuah metode terapi bagi kita yang sedang diterpa masalah. Karena dengan melihat perjuangan Rasul, sedikit banyak akan memberikan sebuah gambaran bagaimana setiap orang itu tidak akan lepas dari ujian. Lalu kita pun akan melihat bahwa ujian tersebut relatif tidak sesulit ujian-ujian yang menimpa Rasulullah. Dan pada akhirnya dengan kesabaran, itu semua dapat terlewati.
Permalink