Belajar, giatlah belajar…

“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha atas apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan yang berada di dalam air.” *)

Hari ini, di seminar mingguan lab kami, kami kedatangan tamu dari Swiss. Beliau adalah teman dari Towhata-sensei dan salah satu lulusan ETH Zurich (salah satu universitas top Eropa, anggota dari IDEA League – Imperial College, TU Delft, Paris Tech, RWTH Aachen, dan ETH Zurich) yang sekarang bekerja dan melakukan riset di salah satu perusahaan Teknik Sipil di sana. Sore tadi beliau mempresentasikan tentang penggunaan teknologi serat optik untuk assessment geoteknik. Slide demi slide pun berlalu, dan tibalah pada bagian studi kasus. Studi kasus yang dibahas adalah kasus creep landslide di St. Moritz, Swiss.

Denggg…tiba-tiba saya teringat pernah membaca materi yang beliau presentasikan. Ya! Itu dari sebuah buku geoteknik yang saya ambil dari rak buku di lab, dan buku tersebut nganggur di meja saya. Padahal saya pernah membaca beberapa halaman awal dari materi yang beliau sampaikan. Saya pun mulai menyusun beberapa pertanyaan dari slide yang ditampilkan. Sayangnya di bagian akhir, pertanyaan yang membuat saya penasaran dijelaskan oleh dua slide terakhir. Sayang sekali saya tidak punya cukup referensi lagi untuk membuka diskusi yang bisa berlanjut ke obrolan dan menjalin jaringan baru. Akhirnya saya pun berkesimpulan: Jangan pernah lagi setengah-setengah baca paper. Waktu kita terbatas, selama masih bisa dibaca sampai habis, lakukanlah!

Akhirnya bukunya saya bawa pulang deh, buat dibaca di dorm 🙂
Jadi, kenapa saya tidak membaca sampai habis paper yang ada di meja saya itu?
Setelah menganalisis, saya memiliki beberapa kesimpulan, mengapa saya terkadang tidak kuat/ tidak bisa selesai membaca paper:
  1. Bahasa di paper itu sangat padat. Perlu konsentrasi tinggi untuk mencerna isinya. Kadang kalau tidak fokus sedikit, langsung buyar semua yang sedang dipahami. Meskipun saat itu otak kita masih lanjut membaca tulisan-tulisan di paper tersebut.
  2. Kadang kalau baca paper, dimulai dari abstrak, lalu skimming. Nah, pada saat skiming inilah saya sering melakukan generalisasi terhadap isi paper tersebut. Belum selesai membaca, tapi langsung menebak apa isinya. Kadang tebakan bisa benar, kadang tidak. Kalau tebakannya tidak benar, rugilah kita, karena melewatkan informasi yang berharga yang terdapat di paper tersebut.
Untuk kasus ini, saya berada dalam posisi no.2. Saya berhenti membaca paper/ buku tersebut karena merasa isinya tidak sesuai dengan tema riset saya nanti. Seharusnya saya tidak begitu, saya pernah berhipotesis: betapapun ilmu itu terlihat tidak bermanfaat bagi kita pada saat itu, tapi percayalah, tidak ada ilmu yang sia-sia.
Bagi saya kejadian seperti ini tidak cuma terjadi sekali saja. Saat saya TA dulu, saya sempat membaca-baca buku termodinamika. Lah? Hubungannya apa dengan TA soil improvement saya? Saya baca buku itu demi menemukan teori tentang tekanan absolut dan tekanan alat yang bekerja saat kondisi vakum terjadi. Alhamdulillah, di kemudian hari pemahaman saya itu berguna untuk menjelaskan proses vakum dengan lebih sederhana ke orang-orang.
Saat mengerjakan proyek assessment struktur salah satu komponen pengolahan minyak, saya pun sempat belajar ilmu lain di luar bidang yang saya jalani. Meskipun fokus saya adalah di bagian strukturnya, saya (karena saat itu sangat penasaran) sampai menyempatkan diri menghubungi adik kelas saya di Teknik Mesin. Saya ngopy bahan tentang komponen pengolahan tersebut, dari mulai yang berhubungan dengan struktur (teknik sipil) nya, hingga materi-materi yang sudah bukan bidang teknik sipil lagi (termodinamika, mekanika fluida, dsb.). Saat saya kembali ke kantor, saya sempat diolok-olok karena melakukan sesuatu yang berlebihan, hingga…
Proyek berlanjut ke tahap berikutnya. Saat kami menyusun proposal dan melakukan diskusi teknik, ternyata pengetahuan yang saya dapatkan dari proses “yang dianggap berlebihan” itu berguna. Alhamdulillah kami bisa melalui itu dengan baik.
Contoh lain, saat saya ngobrol dengan teman yang jurusannya Fisika, saya tertarik dengan TA yang dia kerjakan. Meskipun cuma iseng-iseng karena penasaran, saya meminjam laporan TA-nya untuk dibaca-baca. Ternyata, beberapa bulan kemudian, saya mendapatkan tawaran proyek yang berhubungan dengan TA teman saya itu. Saya pun dengan lancar bisa menyusun isi proposal teknik nya.
Contoh terakhir, yang berhubungan dengan kehidupan saya di Jepang, adalah kesukaan saya kepada mata pelajaran geografi dan sejarah. Sejak kecil saya sering baca-baca buku seri tokoh dunia, serta menelusuri kota-kota di dunia lewat atlas (dan maen game ini :D). Dan, tiap kali berkenalan dengan teman-teman (mahasiswa internasional) di sini, saya pasti nge-mention ibukota negaranya, kondisi geografisnya, tokoh-tokoh/ pahlawan negaranya, dan lain-lain. Mereka sangat senang ada orang yang mengetahui tentang negara mereka. Bahkan ada teman dari Georgia (tahu dimana negara ini berada?) berkali-kali mengucapkan terima kasih banyak karena saya tahu nama ibu kotanya. Hehe. Kondisi ini membuat saya cukup mudah untuk bergaul dengan mereka. Sungguh, tiada satu pun ilmu yang tidak bermanfaat.
Jika sekarang ada yang berpikir kalau ilmu-ilmu yang ngga menghasilkan uang (tidak seperti ilmu-ilmu teknik, contohnya) tidak berguna, itu adalah kesalahan besar dan amat fatal. Karena, sekali lagi, saya yakin tidak ada ilmu yang tidak berguna.
それでわ, selama masih diberi kesempatan untuk menghela napas, selama tekanan atmosfer dan tekan internal bumi masih seimbang, selama matahari belum menjadi bintang mati, marilah mencari ilmu sebanyak-banyaknya…

additional: mumpung dikasih banyak paper bacalah semua paper itu! 😀

がんばって!
Untaian kata yang indah, memotivasi saya untuk terus belajar…oleh karena itu saya mencantumkan ini di laporan TA saya
*)[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3641), Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), Ahmad (V/196), Ad-Darimi (I/98), Ibnu Hibban (88 – Al-Ihsan dan 80 – Al-Mawarid), Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/275-276, no. 129), Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/174 ,no. 173), dan Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar (I/429), dari Abud Darda’radhiyallahu’anhu] 
-Hadits ini saya lihat dan saya copas keterangannya dari pengumuman acara Golden Week di SRIT, Mei 2012

7 Comments on "Belajar, giatlah belajar…"


  1. baru kali ini, sya menemukan website yang begitu bagus, stiap katanya memberikan daya tarik yang luar biasa shingga ingin slalu melanjutkan baca dan memberikan tambahan pengetahuan yg gk bsa sya dapatkan scara sendiri. terus menulis mas. thanks. 😀

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *