Salah satu keuntungan jadi mahasiswa Teknik Sipil adalah seringnya kita bepergian dalam rangka field trip, salah satunya adalah mengunjungi daerah bencana untuk mendapatkan lesson learned dari laboratorium alam tersebut.
Selama tiga hari ini, dimulai dari hari Sabtu, tujuh orang anggota lab kami di Universitas Tokyo mengadakan perjalanan napak tilas sisa-sisa gempa dan tsunami di daerah Tohoku untuk yang ketiga kalinya. Perjalanan kali ini kami menemani Prof. Nawawi Chow dari University of Auckland. Kesempatan yang bagus untuk saya yang belum pernah melihat daerah tersebut.
Perjalanan dimulai dari stasiun Ueno menuju Sendai dengan menggunakan Shinkansen. Alhamdulillah saya diberi kesempatan naik Shinkansen lagi, transportasi darat tercepat di Jepang. Shinkansen yang kami pakai adalah tipe Yamabiko. Saya sangat terkesan dengan perusahaan
JR (Japan Railway) East yang mengelola Shinkansen ini. Dengan slogan “Tsunageyou, Nihon” (connecting Japan) mereka terus melakukan peningkatan layanan fisik dan non fisik, dengan membangun jaringan hingga Jepang utara (tujuan akhirnya adalah menghubungkan Hokkaido dan Honsu) serta melakukan inovasi-inovasi di bidang pelayanan penumpang.
|
Tsunageyou, Nihon. |
|
Shinkansen Yamabiko to Sendai |
Kota-kota yang kami kunjungi adalah daerah yang terkena gempa dan, terutama, tsunami, di bulan Maret 2011. Kota-kota tersebut adalah: Sendai, Onagawa, Ishinomaki, Minami Sanriku, Kesennuma, Rikuzentakata, Ofunato, dan Kamaishi. Khusus di Sendai, kami tidak mengamati lokasi yang terkena tsunami, melainkan ,mengamati fenomena ground movement (pergerakan tanah) yang terjadi di daerah perumahan yang dahulu dibangun di lereng artificial (buatan) dengan metoda cut and fill, melandaikan (grading) dengan mengambil tanah dari satu bagian lalu menaruhnya di bagian lain. Perumahan yang dibangun di daerah berkontur ini sering dinamakan “Midorigaoka” (green hill) dan sering mengalami ground movement yang akibatnya cukup signifikan. Oleh karena itu, salah satu dosen saya beranekdot, “Midorigaoka is a dangerous place!” Kasus ini bisa juga dijadikan perhatian bagi teman-teman yang berkecimpung di dunia konsultan atau kontraktor untuk berhati-hati mengenai masalah ini. Pada umumnya daerah “fill” tidak terkompaksi dan tertahan (retain) dengan baik, akibatnya kerusakan parah terjadi di daerah tersebut. Saya jadi ingat perkataan salah satu pakar geoteknik di Indonesia,” Jangan pernah menganaktirikan geoteknik, nanti dia akan membalas dendam.” Inilah yang terjadi di Midorigaoka.
|
Slope protection, untuk menghindari infiltrasi air hujan berlebih |
|
Rumah yang rusak dan tidak “nyaman” untuk ditinggali lagi akibat pergerakan tanah |
|
It used to be a beautiful house. “Architecture” draw it beautifully, “Structure Engineering” build it properly, Geotechnical problem “move” it dangerously. |
|
Usaha perbaikan lereng yang terus dilakukan |
Dari Sendai, kami melanjutkan rally ke kota-kota yang terkena tsunami. Kejadian gempa dan tsunami tahun lalu meninggalkan banyak kenangan pahit sekaligus di dalamnya pelajaran yang bisa kita ambil. Hal yang penting setelah kejadian bencana ini adalah “jangan pernah lupa kalau daerah ini pernah terkena tsunami,” itulah yang ditekankan hampir di setiap kota yang kami kunjungi. Karena itu pemerintah sengaja membiarkan beberapa bangunan yang rusak, kapal yang terdampar di tengah kota, serta membangun monumen tsunami.
|
Toppled down building di Onagawa (1), driven pile bangunan ini sampai tercabut akibat gaya momen yang diakibatkan tsunami |
|
Toppled down building di Onagawa (2), sudah jelas bangunan tersebut berpondasi dangkal (raft foundation) dan tidak memiliki resistensi yang cukup terhadap gaya momen |
|
Toppled down building di Onagawa (2), Koban (police box) |
|
Tsunami wall yang hancur di Minami Sanriku |
|
Salah satu bagian dari city office yang tersisa di Minami Sanriku |
|
Kapal yang terdampar di tengah kota, Kesennuma |
|
Jaringan kereta yang hancur akibat tsunami, Ofunato |
|
Pemebersihan puing-puing, Kamaishi |
Restorasi fisik dan mengembalikan spirit warga kota akibat gempa dan tsunami sangat penting. Saya melihat beberapa cara yang meraka terapkan untuk mencapai tujuan ini. Membangun kembali kebersamaan dan aktivitas ekonomi masyarakat dengan membangun pasar-pasar dan mengadakan festival, melakukan kampanye cinta kota-nya, hingga mengajukan kota mereka menjadi tuan rumah pertandingan Rugby se-dunia.
|
Monumen untuk mengenang bencana gempa dan tsunami 2011, Onagawa |
|
Pasar di Minami Sanriku – Sun-sun city |
|
Saat melihat ini saya merasakan semangat dan keceriaan, padahal di sekitarnya hampir tidak ada bangunan (semua rata akibat tsunami) – salah satu cara untuk mengembalikan spirit di Minami Sanriku |
|
Festival Kerajian Kertas, ditempatkan di setiap persimapangan jalan di Minami Sanriku, persimpangan jalan di antara “bekas” komplek-komplek rumah |
|
Kenangan yang tersisa: Tony Chopper, Donald Duck, Lumba-lumba |
|
Kepulauan Jepang yang dibentuk dari ikatan orang-orang, Kamaishi |
Field trip ini adalah kegiatan yang dibiayai lab dan menurut saya kegiatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya karena sangat penting untuk mengasah kemampuan analisis mahasiswa terhadap kejadian-kejadian yang berhubungan dengan aspek teknik sipil. Secara pribadi kita harus bisa melakukan analisis tentang apa peristiwa yang terjadi, bagaimana mekanismenya, apa akibatnya, dan lain sebagainya. Perjalanan ini sendiri sangat menyenangkan. Kami menikmati keindahan alam Jepang, menelusuri gunung, lembah, hutan, tebing terjal, laut, pedesaan-pedesaan Jepang yang asri tapi modern, dan menikmati kuliner khas negeri Sakura ini. Hal-hal tersebut walaupun berupa bonus item dari perjalanan ini tetap memberikan saya pengalaman dan pelajaran berharga.
|
Sky painting -Sendai |
|
Can you imagine this beautiful bay hit by tsunami? -Onagawa |
|
Matsushima Bay under Blue Moon, in our first night stay at Eco-Hotel -Matsushima Bay |
|
Ohayou gozaimasu! -Matsushima Bay |
|
Live to love the sea, live to love you, live in Minami Sanriku
|
|
Minami Sanriku Bay |
|
There is always a hope -Onagawa |
|
Ketemu “bambini”, sama seperti burung-burung di Jepang, anak rusa ini tidak lari saat mobil kita berhenti untuk mengambil fotonya |
|
Lovely beach village -Onagawa
|
Onagawa sea wall |
|
Di latar belakang (yang bukan jadi fokus, hehe) adalah breakwater/ tsunami wall terdalam di dunia (63 m) namun hancur oleh gelombang tsunami tahun lalu. Terbayangkah dahsyatnya tsunami tersebut? |
|
Perjalanan pulang…
|
Di dalam mobil sewaan. Penyewaan mobil tersedia di seluruh stasiun Shinkansen. |
|
Japan’s countryside (1) |
|
Torii Gate |
|
Japan’s countryside (2) |
|
Japan’s countryside (3) |
|
Visualisasi tipe-tipe Shinkansen ke dalam tokoh superhero |
|
|
Stasiun kepulangan: Kitakami |
|
Sunset from Shinkansen |
|
Shinkansen Hayate |
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.
“Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”
Wah keren tulisannya gan, sejak pake kamera baru foto2 juga makin keren 🙂 intan
@Anonim Thx k'!Iya nih, saya pake wide angle lense terus kemaren..baru tau bedanya. Jadi seneng foto2 landscape.hehe.
keep taking the pictures ghan! keep writing juga 😀
Assalamu'alaikumKang Ghani, pengen baca tulisan tentang gunung fuji juga heheh
mantap ganenjoyneering euy 🙂
kang follow balik blog aq, kasihan blum punya member,he