Menjadi anggota ASCE

Di akhir tahun lalu saya dapat reminder untuk mengurus perpanjangan sertifikat keahlian saya dan juga untuk membayar iuran tahunan HATTI (Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia) (nunggak.. wkwk). Menurut saya, bergabung dengan asosiasi profesi merupakan salah satu cara untuk menegaskan komitmen kita untuk serius menjalani pekerjaan di bidang yang kita tekuni. Selain dapat menambah jejaring pertemanan dan tukar menukar informasi, terkadang ada juga bahan-bahan kuliah atau pengembangan diri yang bisa didapat dari program yang dijalankan asosiasi profesi ini (misalnya sharing session di HATTI atau HAKI). Untuk manfaat yang lebih praktis lagi, asosiasi ini mengadakan sertifikasi keahlian (SKA) untuk anggotanya. Namun sejauh saya memegang sertifikat ahli tersebut, jujur, saya belum menemukan manfaat praktis tersebut. Mungkin karena saya sempat kerja di luar Indonesia, atau karena SKA saya belum pernah dipakai untuk tender. Ada pula orang yang bilang kalau memegang SKA itu hanya untuk prestise. Mungkin ini juga ada benarnya, karena proses mendapatkan SKA itu perlu melalui ujian dan memenuhi syarat-syarat lain.

Saya sempat membahas perihal SKA dan keanggotaan profesi ini dengan kolega saya di kantor. Lalu dia bercerita tentang pengalamannya dan pengalaman temannya yang mendaftar keanggotaan ASCE (American Society of Civil Engineers) dan ICE (Institution of Civil Engineers; UK). Dia merasa menerima banyak manfaat dengan bergabung ke ASCE. Lalu temannya yang ikut ICE juga merasakan hal yang sama. Khusus untuk ICE, biaya keanggotaannya lebih mahal dari ASCE namun mereka mendapat buletin bulanan yang biasanya memuat artikel-artikel yang sangat teknikal. Sebagai perbandingan, ASCE juga punya buletin bulanan serupa, namun lebih seperti majalah.

Saya sebelumnya tidak pernah berpikir untuk ikut keanggotaan asosiasi profesi luar negeri karena saya anggap mahal dan tidak terlalu berguna. Tapi setelah mendapat insight dari sharing session dengan teman kantor tersebut, saya berencana dan akhirnya sudah bergabung dengan ASCE. Sebelumnya saya sempat berkonsultasi dengan bos saya, apakah lebih baik saya daftar JSCE juga? Tapi dia bilang, “no use.” Ahaha. Yang pasti kalau pun ada, material atau acara-acara dari JSCE, pasti dalam bahasa Jepang. Yang saya tahu kegunaan membershipnya bisa dipakai untuk daftar JSCE conference yang diadakan setiap tahun. Saya sendiri sempat presentasi di konferensi JSCE di Sapporo 2018 dan Takamatsu 2019, atas nama bos saya yang terdaftar sebagai membernya.

Saya pun mendaftar ASCE mulai Januari 2022 ini untuk masa keanggotaan setahun. Beberapa pertimbangan untuk memutuskan mendaftar adalah:

  • Biaya keanggotaan 245 USD per tahun. Tapi kalau kita berasal dari Indonesia, bisa dapat diskon 50%. Jadi yang perlu dibayar adalah 122.5 USD atau setara dengan 1,75 juta rupiah. Kalau dibagi 12, biaya membershipnya setara dengan 146 ribu rupiah. Ini masih lebih murah dari Netflix 😀 Kalau usia pendaftar 28 tahun ke bawah, harga yang harus dibayar setengahnya dari saya loh!
  • Kita bisa dapat free 10 courses yang ditawarkan oleh ASCE. Pilihan course ini bermacam-macam sesuai bidangnya, mulai port engineering, Geotechnical, structure, architect, environmental engineering, transportation, water resources dan construction management. Ada juga course mengenai sustainability dan personal development. Saya harap variasi course nya akan berbeda tiap tahun. Karena, dari pilihan yang sekarang, yang menarik untuk saya tidak terlalu banyak.
  • Kita bisa dapat discount untuk course berbayar lainnya dan buku-buku atau publikasi dari ASCE.
  • Kita bisa dapat akses ke buku-buku teknik McGraw-Hill. Ini lumayan banget sih. Seengganya kalau perlu cari-cari referensi, bisa punya resourse yang gampang dan free buat diakses dengan cepat dan “legal.”
  • Terakhir, untuk prestise yang mungkin akan membantu sebagai track record profesional kita sebagai engineer: kita dapat sertifikat untuk setiap course yang kita ambil. Dan juga dapat nomer keanggotaan ASCE dengan bergelar: A. M. ASCE di belakang nama kita. Masih mending kan dibanding netflix? Udah bayar bulanan tapi ngga dapet gelar A. M. Netflix :))

Ada satu hal lagi yang jadi motivasi saya, yaitu continuing education. Saya merasa bahwa investasi di ilmu pengetahuan merupakan elemen yang paling penting untuk menjaga profesionalitas di bidang yang kita tekuni. Sebelumnya saya pernah jadi student member ASCE juga dan dapat akses ke resource-nya Geo Institute yang mengirim saya majalah Geo Strata gratis setiap bulan. Dan saya merasa beruntung mendapatkan informasi-informasi di majalah tersebut. Dengan menjadi full member ASCE, akses knowledge resource yang kita dapat jadi lebih banyak.

Oia, ASCE juga mengadakan sistem referral. Kalau ada yang mau pakai referensi saya, bisa hubungi saya via comments di bawah atau lewat media lain. Katanya sih bakal dapet diskon tambahan 50% lagi. Lumayan kan? Dapet ilmu tapi tetep cuan juga. Hehehe.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *